Macron mengatakan kepada The Economist pekan lalu bahwa NATO terdiagnosis "mati otak", mengingat kurangnya koordinasi dan ketidakpastian AS di bawah Presiden Donald Trump. Pemimpin Prancis itu juga meragukan pameo keamanan aliansi pimpinan AS bahwa serangan terhadap satu sekutu sama saja dengan serangan terhadap semua.
NATO merupakan "aliansi terpenting di dunia dalam menjaga keamanan dan perdamaian" dan pertanyaan Macron mengenai apakah anggotanya masih dapat saling membela "berbahaya", kata Morawiecki, menurut surat kabar FT.
"Saya rasa keraguan Presiden Macron soal (komitmen NATO untuk saling membela) itu dapat membuat sekutu lainnya heran apakah mungkin Prancis yang khawatir untuk tetap berpegang teguh pada itu. Saya harap bahwa kami dapat mengandalkan Prancis memenuhi kewajibannya," kata Morawieci.
"Prancis menghabiskan anggaran di bawah 2 persen dari GDP (untuk pertahanan). Saya pikir layak untuk bertanya mengapa sejumlah aspek tertentu NATO tidak nampak seperti yang kita harapkan. Dan itu bukan karena kurangnya komitmen AS terhadap aliansi tersebut, tetapi lebih kurangnya timbal balik dari pihak sekutu Eropa," katanya.
Prancis biasanya memiliki peran ambivalen dalam NATO, dengan tidak berpartisipasi dalam rencana militer strategi dari 1966 hingga 2009 meski menjadi salah satu anggota perintis. Namun tetap saja pernyataan Macron - sebulan sebelum KTT NATO 4 Desember di London - tidak terduga.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kosovo penjarakan enam orang karena berencana serang tentara NATO
Baca juga: Turki harapkan NATO tunjukkan solidaritas
Baca juga: NATO siap tanggapi pelanggaran rudal oleh Rusia
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019