Enggano Sebagai Daerah Rawan Bencana

7 September 2008 22:11 WIB
Bengkulu (ANTARA News) - Departemen Perhubungan (Dephub) memberikan perhatian khusus pada Pulau Enggano sebagai daerah rawan bencana, kata Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu, Aminuddin NS. "Salah satu bentuk perhatian Dephub, dengan diprogramkannya pembangunan Bandara di Enggano. Tujuannya ketika terjadi bencana dapat segera dilakukan penanganan secara cepat," katanya ketika dikonfirmasi di Bengkulu, Minggu. Departemen Perhubungan (Dephub) segera merealisasikan pembangunan Bandara di Pulau Enggano, berjarak 90 mil dari Kota Bengkulu. Pada 2008, Dephub mengalokasikan anggaran Rp1 miliar, untuk kegiatan pembersihan lahan, setelah itu akan dilakukan pembangunan fisik dan prasarana pendukung lainnya secara bertahap. Bandara Enggano akan dibangun di atas lahan seluas 310 hektere, yang telah dibebaskan Dephub pada 1987, dan sudah dibuakan sertifikatnya. Menurut Aminuddin, ada tiga pertimbangan Dephub membangun pelabuhan di kawasan itu, yakni Enggano merupakan salah satu pulau terluar, rawan bencana dan terisolir. Mengenai kondisi Bandara, menurut dia, untuk panjang landasannya direncanakan 1.300 meter sehingga minimal bisa didarati pesawat jenis Fokker-50. "Kita dari pemerintah daerah, sangat bersyukur dengan rencana itu. Diharapkan setelah ada Bandara dan ada pelayanan pesawat, transportasi ke Enggano bisa lebih lancar," katanya. Ketika ditanya, Aminuddin menjelaskan dana yang dibutuhkan untuk membangun Bandara di Pulau Enggano, hingga siap operasional mencapai Rp15 miliar, mulai dari pembersihan dan pemadatan lahan hingga pembangunan fisik Bandara. Departemen Perhubungan (Dephub) akan mengembangkan fasilitas Bandara di daerah rawan bencana mulai 2008, yang dibagi dalam empat prioritas, dan pembangunan Bandara Enggano masuk dalam prioritas dua. Enggano, merupakan salah satu pulau yang terletak di tengah Samudera Indonesia, memiliki luas wilayah 40.040 hektere berpenduduk 1.700 jiwa, sebagian besar bekerja sebagai nelayan.(*)


Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008