• Beranda
  • Berita
  • Supriyanto, sosok di balik RSUD Tulungagung yang jadi RS terbaik dunia

Supriyanto, sosok di balik RSUD Tulungagung yang jadi RS terbaik dunia

12 November 2019 08:01 WIB
Supriyanto, sosok di balik RSUD Tulungagung yang jadi RS terbaik dunia
Direktur RSUD dr Iskak Tulungagung, dr Sipriyanto Dharmoredjo, Sp.B, FINACS, M.Kes (kiri) menunjukkan piagam Gold Award yang barusan diraihnya dalam forum International Hospital Federation Congress and Award ke-43 di Muscet, Oman, Uni Emirat Arab, Jumat (8/11/2019) (ANTARA/ HO/Humas RSUD dr Iskak, Tulungagung)

Ini merupakan rohnya JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) menjamin penyelenggaraan perumahsakitan yang murah dan berkualitas tinggi

Prestasi luar biasa yang ditorehkan RSUD dr Iskak Tulungagung, sebagai satu-satunya wakil dari Indonesia dan berhasil meraih Gold Award dalam forum International Hospital Federation Congress and Award ke-43 di Oman, UEA pada Jumat (8/11).

Capaian itu, tentu tak bisa dilepaskan dari peran dan tangan dingin sang direktur, dr. Supriyanto Dharmoredjo, Sp. B, FINACS, M. Kes.

Melalui inovasi tata kelola perumahsakitan yang ia gagas dengan istilah "The New Concept Hospital Management Combined With PSC (Public Safety Centre), RSUD dr Iskak Tulungagung yang ia pimpin sejak 2014 berhasil menjelma menjadi rumah sakit yang sangat populis.

Biaya layanan kesehatannya murah, terjangkau semua segmen masyarakat, namun mutu layanan tetap terjaga.

Berbagai inovasi pun dilakukan demi terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan mereka, termasuk melalui program Public Safety Centre (PSC) dengan menjadikan RSUD dr Iskak Tulungagung sebagai pusat komando keselamatan masyarakat dalam hal penanganan kasus-kasus kedaruratan medis maupun kebencanaan.

Sistem pelayanan yang padu dan modern disertai tata manajemen baru berbasis jaminan kesehatan nasional itulah yang kemudian menghantarkan dr Supriyanto meraih prestasi internasional dengan dinobatkan oleh IHF (International Hospital Federation) sebagai Direktur Rumah Sakit Terbaik Dunia Tahun 2019.

Lalu, apa saja sebenarnya yang sudah dia lakukan, dan bagaimana pemikirannya sehingga berhasil menghantarkan RSUD dr Iskak Tulungagung sebagai rumah sakit terbaik dunia, khususnya di bidang layanan publik atau "Corporate Social Responsibility?" Berikut penjelasan dr. Supriyanto Dharmoredjo, Sp.B, FINACS, M. Kes. yang dia tulis dalam bentuk testimoni dan ditulis ulang oleh ANTARA, sebagaimana naskah aslinya;

Mendapatkan penghargaan (award) sebagai manager rumah sakit terbaik sedunia tentu saja saya senang dan bangga karena bukan hanya sekadar mengharumkan nama institusi dan Kabupaten Tulungagung, tetapi juga negara Indonesia.

Sebagaimana kita ketahui bersama, akhir-akhir ini dunia penyelenggaraan pelayanan kesehatan khususnya perumahsakitan di Indonesia sedang berada pada episode yang sangat tidak nyaman.

Baca juga: IHF nobatkan RSUD Tulungagung sebagai rumah sakit terbaik dunia

Seluruh "stakeholder" (pemangku kepentingan) yang menjadi pelayan kesehatan publik terjebak dalam situasi "chaos" (kacau), masuk "circulus virtiosus", lingkaran setan. Mereka terkesan tidak tahu dan sama-sama merasa tahu jalan keluarnya.

(Imbasnya) yang terjadi kemudian adalah mereka saling melemahkan dan bahkan saling meniadakan. Terjadi kekacauan sistem kolaborasi.

Siapa regulator, siapa operator, siapa "payer" (pembayar) tidak jelas. BPJS Kesehatan, Kementerian Kesehatan, DPR RI, Kementerian Keuangan, organisasi profesi kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia, Lembaga Perlindungan Konsumen dan sebagainya, (semua) terlibat friksi yang kita semua tidak tahu kapan akan berakhir.

Akibat dari kondisi yang demikian, kita semua bisa rasakan. Bukannya perbaikan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tapi pemburukan dan kemunduran yang terjadi.

Orang-orang terbaik bangsa ini mati muda karena serangan jantung yang sebenarnya bisa kita hindari.

Terjadi peningkatan angka kematian ibu dan anak, peningkatan jumlah kasus stunting (kekerdilan/kurang gizi), indikator pelayanan kesehatan tidak pernah tercapai dan semakin meningkatnya gini rasio.

Kesenjangan sosial ekonomi pun semakin melebar.

Kalau kita gagal konsen akan masalah ini, bukannya tidak mungkin "siklus kutukan" berupa siklus 30 tahunan kerusuhan sosial dan rasial akan terulang kembali.

Menyadari akan hal ini, kami bersama seluruh jajaran direksi RSUD dr. Iskak Tulungagung berkomitmen untuk melakukan berbagai inovasi bidang pelayanan maupun yang bersifat keadministrasian.

Tujuannya adalah untuk efisiensi, efektifitas, akuntabilitas dan berbagai inovasi perbaikan di semua lini managemen rumah aakit, tanpa mengorbankan indikator mutu capaian rumah sakit.

Berupaya sedemikian rupa agar tidak menjadi korban peraturan perundang-undangan yang sering berubah dan bahkan justru menyulitkan, dengan tanpa menabrak/melanggar undang-undang itu sendiri.

Baca juga: Layanan penanganan jantung RSUD Tulungagung raih penghargaan nasional

Menganut filosofi Jawa yang inspiratif, dalam situasi yang "complicated" ini kami bersama seluruh jajaran manajemen RSUD dr Iskak Tulungagung bertekad untuk 'lolos ing selaning garu'. Tidak basah biar pun berjalan di tengah hujan dan tidak terluka walaupun berjalan di tengah hujan anak panah.

Buah dari semua itu, kini RSUD dr. Iskak Tulungagung berhasil menjadi satu-satunya rumah sakit pemerintah yang paling mandiri. Tidak menggantungkan anggaran operasionalnya pada anggaran pemerintah pusat maupun daerah.

Berbagai penghargaan tingkat lokal, regional, maupun nasional, dari lembaga pemerintah maupun swasta, antara lain "Mark Plus Hermawan Kertajaya" pun pernah diraih.

Forum Congress and Award International Hospital Federation (IHF) ke-43 yang diadakan di Oman Convention and Exhibition Centre Muscat pada 8 November 2019, pukul 11.00 waktu Oman, menjadi sesuatu yang sangat bersejarah bagi dunia perumahsakitan dunia maupun Indonesia.

Bagaimana tidak, pada acara tersebut, RSUD dr Iskak, selaku rumah sakit daerah milik Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Indonesia yang berada di pesisir pantai selatan Pulau Jawa, dinobatkan sebagai rumah sakit terbaik dunia.

Meraih "Gold Award", penghargaan tertinggi perumahsakitan dunia mengalahkan negara maju di Amerika, Eropa, dan lain-lain untuk kategori "corporate social responsibility", adalah sesuatu yang luar biasa membanggakan bagi kami.

RSUD dr. Iskak Tulungagung yang merupakan rumah sakit tipe B pendidikan dan juga sebagai rumah sakit rujukan regional untuk wilayah Jawa Timur bagian barat daya, mengampu lima kabupaten/ kota mulai dari Kabupaten Pacitan hingga Kabupaten/Kota Blitar ini mampu keluar dari masa-masa sulit sebagaimana yang dialami oleh seluruh rumah sakit di Indonesia.

Satu kondisi dilematis sebagai akibat dari belum terbayarnya klaim BPJS Kesehatan selama minimal lima bulan terakhir, dan berbagai regulasi rumah sakit yang "kontroversial".

Baca juga: Inovasi laskas rsud Tulungagung diapresiasi dunia internasional

RSUD dr. Iskak Tulungagung bahkan mampu memberikan pelayanan kesehatan gratis "unlimited" (tidak terbatas) bagi pasien tidak mampu non-kartu BPJS/KIS. Tidak punya hutang jasa medis maupun biaya operasional, tanpa suntikan anggaran bermakna dari pemerintah pusat maupun daerah.

RSUD dr Iskak Tulungagung bahkan menjadi satu-satunya rumah sakit rujukan regional di Indonesia yang tidak pernah mendapatkan dana pembinaan dari DAK (Dana Alokasi Khusus) Kementerian Kesehatan.

Memang apa istimewanya RSUD dr. Iskak Tulungagung sehingga mampu menjadi "jangkar" Kabupaten Tulungagung dan memenangi serta menjadi bintang di forum tertinggi masyarakat rumah sakit dunia?

Kata kuncinya ada di "New Concept Hospital Management" yang dipadukan dengan sistem PSC (Public Safety Centre).

Jadi RSUD dr Iskak Tulungagung hadir sebagai kepanjangan tangan negara dengan menjadi pusat keselamatan, keamanan, dan kenyamanan masyarakat secara terpadu berbasis teknologi informasi tingkat tinggi yang merupakan inovasi dari kami, menjadi jawaban atas prestasi tersebut.

"New Cncept Hospital Management" berkarakter "low cost, high quality and hospital social responsibility". Ini merupakan rohnya JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) menjamin penyelenggaraan perumahsakitan yang murah dan berkualitas tinggi.

"PSC system" (yang juga sudah diadopsi oleh Kemenkes RI menjadi program nasional) berkolaborasi dengan puskesmas, PMI, sarana kesehatan lainnya serta Masyarakat Peduli Bencana Tulungagung (BaSARTa) dalam sebuah "networking, breaking through the hospital wall", memungkinkan manajemen rumah sakit bisa melakukan monitoring kesehatan masyarakat secara langsung.

Mereka juga bisa menerima permintaan dan mengirimkan bantuan kepada masyarakat secara cepat, tepat dan akurat berupa bantuan penanganan kesehatan saja maupun berkolaborasi dengan departemen yang lain, kepolisian, dinas kebakaran, maupun badan penanggulangan bencana daerah dan lain lain.

Seluruh masyarakat bisa mengakses pelayanan ini selama 24 jam, tanpa diskriminasi sosial, ras, agama, maupun status ekonomi. Semuanya gratis bagi tidak mampu.

Secara virtual wilayah tugas dan tanggung jawab rumah sakit tidak terbatas di dalam lingkungan rumah sakit tapi meliputi seluruh wilayah Kabupaten Tulungagung.

Bahkan saat ini, untuk serangan jantung sudah mencakup kabupaten/kota yang diampu oleh RSUD dr. Iskak Tulungaagung. 

Baca juga: RSUD Tulungagung layani peserta JKN non-PBI di poli eksekutif
Baca juga: RSUD Tulungagung proyeksikan kemampuan bedah jantung pada 2023
Baca juga: RSUD Tulungagung buka poli kecantikan komprehensif

 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019