"Di tingkat internasional atau di tingkat yang lebih besar lagi bisa dipanggil. Kebiasaan, kan, masih ada semacam itu, atlet yang prestasinya bagus tapi tidak dipanggil untuk masuk Pelatnas," ujar Pelatih NPC Provinsi Kalteng Ahmad Syam'ani di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan masih ada atlet berprestasi di ajang nasional yang seharusnya memiliki kesempatan bermain di tingkat yang lebih tinggi, namun harus gagal dengan berbagai alasan ataupun pertimbangan lain.
Ahmad mencontohkan atlet tenis meja Kalteng yang meraih medali perak di ajang Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 di Jawa Barat, semestinya bisa ikut di Asian Paragames maupun ASEAN Paragames. Namun karena berbagai alasan, mereka mesti tersisih oleh atlet yang berada di bawah kontingen Kalteng.
"Selama ini masih belum terakomodir, terutama Kalimantan Tengah. Kita memiliki atlet yang potensinya ada tapi tidak diberikan kesempatan dengan alasan yang kita enggak mengerti," kata dia.
Apabila harus melalui seleksi lagi, ia mendorong agar sistem berjalan secara transparan. Ujungnya sebagai bahan evaluasi atlet serta pembinaan bagi daerah-daerah yang mengirimkan atletnya.
"Kalau kita tidak membenahi ini, kita terbuka supaya pembinaan di daerah bagus, kita tidak dianaktirikan. Kalau memang anak juara, beri kesempatan mereka," katanya.
Dalam ajang Pekan Paralimpik Pelajar Nasional (Peparpenas) 2019 di Jakarta, Kalteng merebut dua emas di nomor tunggal putri dan ganda campuran.
Baca juga: 19 rekornas tercipta pada cabang renang Peparpenas 2019
Baca juga: Kalimantan Tengah raih dua emas di tenis meja Peparpenas
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Aris Budiman
Copyright © ANTARA 2019