• Beranda
  • Berita
  • Cinta lingkungan sekaligus menapaki warisan sejarah di Ratu Boko

Cinta lingkungan sekaligus menapaki warisan sejarah di Ratu Boko

13 November 2019 10:58 WIB
Cinta lingkungan sekaligus menapaki warisan sejarah di Ratu Boko
Mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta menanam pohon dan semak berbunga di kawasan situs purbakala Ratu Boko di Dusun Dawung, Desa Bokoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (12/11/2019). (FOTO ANTARA/Andi J/HO-DTFL)
Isu pemanasan global di hampir semua belahan dunia sampai kini masih menjadi agenda penting yang tak henti-hentinya dibahas dan diperbincangkan, sekaligus dijadikan ajang berbagai pihak untuk mengupayakan agar lajunya bisa dihambat.

Para ahli lingkungan menyatakan cuaca yang dirasakan makin panas di saat musim kemarau dan hujan ekstrem -- pada belahan dunia yang bermusim dua -- adalah sebuah dampak dari keniscayaan bahwa pemanasan global memang telah mengubah kondisi lingkungan.

Itu sebabnya, gerakan menanam pohon adalah salah satu ikhtiar untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang makin terdegradasi.

"Buat saya, menanam pohon adalah langkah yang baik dan saya yakin hasilnya jauh lebih banyak positifnya," kata Kunto Aji, penyanyi dan musisi yang ikut menanam pohon pada kegiatan Candi Sadar Lingkungan (Candi Darling) di situs purbakala Ratu Boko, kawasan di sebelah timur Kota Yogyakarta.

Baca juga: Peserta SMN Riau kunjungi Situs Ratu Boko

Terletak di Dusun Dawung, Desa Bokoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kompleks situs purbakala Ratu Boko, pada Selasa (12/11) 2019 ditanami aneka pepohonan, yang jumlahnya ribuan.

Penghijauan juga dilakukan di Candi Ijo, sebuah kompleks percandian bercorak Hindu -- berjarak 4 km arah tenggara dari Candi Ratu Boko -- atau sekitar 18 kilometer di sebelah timur Kota Yogyakarta.

Sebanyak 2.350 pohon, masing-masing 1.350 pohon di kompleks situs Ratu Boko dan 1.000 lainnya di Candi Ijo -- di tengah cuaca panas yang menyengat -- ditanam oleh sebanyak 250 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta, seperti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Seni Indonesia (ISI), dan Universitas Atmajaya.

"Menurut saya aksi tanam pohon akan sangat bagus sekali karena di mana-mana cuaca lagi panas banget, sehingga penanaman pohon akan sangat membantu. Selain meneduhkan lingkungan juga membantu penghijauan," kata penyanyi yang populer dengan debut singelnya "Terlalu Lama Sendiri" pada 2014.

Karena itulah, saat dihubungi untuk ikutan dalam aksi penanaman pohon di situs purbakala Ratu Boko, langsung diterimanya.

Dalam kegiatan itu, ragam pohon yang ditanam adalah jenis bougenville (Bougainvillea), tanjung (Mimusops elengi), merak (Caesalpinia pulcherrima), soka (Saraca asoca) dan kepel (Stelechocarpus burahol), dan juga melati (jasminum).

Unik

Penyanyi bernama lengkap Kunto Aji Wibisono itu mengaku penanaman pohon di situs purbakala dinilainya sebagai "sesuatu yang unik".

"Unik, karena sekaligus ada unsur penghijauan, merawat kawasan sejarah dan memromosikan tempat wisata," kata penyanyi "jebolan" sebuah kompetisi penyanyi idola, yang sudah melahirkan dua album, yakni "Generation Y" (2015) dan "Mantra-Mantra" (2018) itu.

Terkait kondisi gersang dan cuaca panas, saat ditanya apa yang bisa dilakukannya agar generasi milenial bisa terlibat dalam agenda perbaikan lingkungan hidup, ia menyebut selain penanaman pohon juga dibutuhkan keseriusan untuk isu sampah plastik.

"Isu yang sedang kita lawan tentang pemanasan global, ada sampah plastik di mana-mana. Jadi, langkahnya banyak sekali bukan hanya menanam pohon. Itu sangat bagus, tapi bisa juga dilakukan dengan mengurangi penggunaan sampah plastik, contohnya seperti membawa 'tumbler' sendiri dari rumah dan lain-lain," katanya.

Baca juga: TWC hadirkan "Dahar Pitu" di resto Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko
 
Musisi Kunto Aji usai menanam pohon di kawasan situs purbakala Ratu Boko di Dusun Dawung, Desa Bokoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (12/11/2019). (FOTO ANTARA/Andi J/HO-DTFL)


Karena "market" musiknya kebanyakan milenial dan generasi Z, ia menyatakan sosialisasi dari hal yang lebih dekat yang bisa mereka praktikkan dengan mudah lah yang perlu diusung.

Kunto Aji menyebut pesan-pesan pro-lingkungan juga tidak harus lewat lagu, tetapi bisa melalui dengan apa yang benar-benar dilakukannya di lapangan, untuk akhirnya membuka kesadaran "followers-nya.

"Karena milenial dan generasi Z itu teknik untuk penyampaiannya tidak bisa secara 'direct' (langsung). Dengan melakukan hal seperti menanam pohon misalnya, itu malah akan membangun 'mindset' mereka untuk mengikuti," tambahnya.

Merawat situs sejarah

Bagi Tri Hartini, Ketua Unit Kerja Situs Ratu Boko dan Candi Ijo Balai Pelestarian Budaya DIY -- yang digandeng bersama BUMN PT Taman Wisata Candi (TWC) Unit Ratu Boko oleh Bakti Lingkungan Djarum Foundation melalui program "Candi Darling" -- penanaman pohon itu adalah wujud nyata merawat situs-situs sejarah dan cagar budaya, yang berdampak positif bagi generasi muda dan masyarakat luas.

Upaya itu selain mempercantik wilayah situs Ratu Boko dan Candi Ijo -- dengan pepohonan, tanaman perdu dan semak berbunga -- aksi itu bisa mendorong generasi muda semakin mencintai lingkungan.

"Sekaligus mempelajari warisan situs sejarah yang ada di Indonesia," katanya.

Kompleks situs purbakala Ratu Boko sendiri adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

Vice President Djarum Foundation, FX Supanji menyebutkan melalui "Candi Darling" di situs purbakala Ratu Boko dan juga Candi Ijo itu diharapkan bisa menciptakan kawasan situs sejarah itu ke depannya akan semakin teduh dan asri.

Kegiatan itu juga berupaya menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap warisan sejarah bangsa Indonesia, serta bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, karena tempat itu juga menjadi kawasan kunjungan wisata.

Sebagai kawasan wisata, menurut General Manager BUMN PT Taman Wisata Candi (TWC) Unit Ratu Boko, Wiharjanto, fenonema "sunset" (matahari tenggelam) di Ratu Boko kini terus diburu wisatawan nusantara dan mancanegara.

Ia memaparkan data total kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara ke Rau Boko pada 2018 sebanyak 306.338 orang, dan sebagian besar didominasi kaum muda milenial.

Generasi muda milenial adalah pelanjut masa depan, dan ancaman degradasi lingkungan dengan proses pemanasan global yang terus berjalan membutuhkan mereka untuk diajak dan terjun langsung untuk ikut dalam upaya perbaikannya. Gerakan penanaman pohon, termasuk seperti yang dilakukan di kompleks situs purbakala Ratu Boko adalah salah satu pilihan dari sejumlah gerakan penyelamatan bumi lainnya.

Baca juga: Situs purbakala Ratu Boko dihijaukan ribuan pepohonan
 

Pewarta: Andi Jauhary
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019