Naskah kerja sama tersebut ditandatangani Pendiri LSI Denny JA dan Pimpinan Proyek PT LAPI ITB Donald C. Lantu di Jakarta, Rabu.
Denny dalam sambutannya mengatakan bahwa negara juga dapat diperkuat melalui jalur pendidikan.
Menurut dia, demokrasi juga membutuhkan civic competence. Peradaban modern juga membutuhkan meningkatnya kapabilitas pemerintahan. Penambahan ilmu pengetahuan bagi penyelenggara negara dan elite masyarakat secara sistematis bisa dilayani oleh institusi pendidikan.
Baca juga: Prabowo ucapkan terimakasih kepada LSI Denny JA
"Jika politik cenderung membelah, pendidikan akan menyatukan kita," katanya dalam acara yang disertai rilis survei terbaru LSI Denny JA "Efek Pilpres 2019: Menurunnya Kepercayaan Publik atas Institusi Negara dan Lembaga Sosial".
Tim Riset LSI menganggap bersatunya dua calon presiden yang bersaing, sama-sama menjadi penguasa, yang satu presiden, yang satu menteri. "Hal ini positif," kata Denny.
Denny menyebutkan ada dua alasan dari survei itu, pertama bahwa ini sebuah terobosan politik. Langkah yang tak terduga.
Dua pihak yang berkompetisi ada baiknya dalam satu momen juga melakukan kerja sama untuk kepentingan semua. Setelah itu, boleh berkompetisi lagi.
Alasan kedua, kata Denny, mengapa bangsa Indonesia mendukung bersatunya dua capres yang bersaing? Kasus itu segera dirujuk untuk memberi hikmah bahwa berpolitiklah dengan rileks. Bersainglah dengan lebih santai.
Baca juga: LSI: Kepercayaan publik atas lembaga negara turun efek Pilpres 2019
Tidak ada gunanya menyebar permusuhan untuk pemilu yang berlangsung 5 tahun sekali. Toh, kata dia, mereka yang dahulu berhadapan dapat bersama menjadi pemerintah.
"Oleh karena itu, berpolitiklah dengan rileks. Besainglah dengan santai saja. Setelah bersaing, bahkan kita bisa bekerja sama," demikian Denny JA.
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019