"Dari pantauan kita, banjir kini sudah masuk di sembilan kecamatan. Tetapi kedalaman air masih batas-batas yang wajar, yakni setinggi 80 centimeter hingga mencapai satu meter" ucap Kepala Pelaksana BPBD Aceh Tamiang, Syahri di Kualasimpang, Rabu.
Kesembilan kecamatan tersebut, jelas dia, meliputi Kejuruan Muda, Karang Baru, Rantau, Sekerak, Seruway, Bendahara, Tamiang Hulu, Tenggulun, dan Bandar Pusaka yang beberapa di antaranya telah terjadi dalam beberapa hari terakhir sejak pekan lalu.
Hingga kini pihaknya telah mendirikan empat titik berupa tenda sebagai posko pengungsian yang menampung korban terdampak banjir, yakni tiga titik terdapat di Kampung (Desa) Sukajadi, Kecamatan Karang Baru, dan satu titik lagi di Kecamatan Rantau.
"Mereka (warga), sudah mengungsi di posko itu. Tetapi berapa orang jumlahnya, sedang kita data melalui kecamatan. Namun korban jiwa akibat banjir kali ini, kita pastikan tidak ada," tegas dia.
Ia mengatakan, mengingat ekstremnya cuaca khususnya di wilayah Aceh Tamiang sejak awal November tahun ini, maka pihaknya kekhawatiran akan muncul bencana banjir lagi ketika memasuki malam hari.
"Air sungai, terutama di siang hari mulai surut. Tapi melihat cuaca yang saat ini tidak menentu, karena derasnya hujan terjadi malam hari. Air hujan langsung mengalir ke sungai tengah malam, lalu menuju laut yang malam hari pasang. Sehingga berdampak ke pemukiman penduduk," terang Syahri.
Datuk Penghulu (Kepala Desa) Sukajadi, Jasman Tanjung ketika ditemui di salah satu tenda pengungsian mengaku, penduduk desanya berada di pinggiran Sungai Tamiang sebanyak 280 keluarga dengan jumlah 935 jiwa.
"Kalau pemasangan tenda, sejak kemarin sore di tiga dusun, yakni Karya, Lestari, dan Cinta. Banjir paling tinggi kemarin, kita menerima air ini dari hulu sungai," katanya.
"Sebenarnya tiga hari lalu, kita menerima banjir juga. Cuma kering dua hari, kemarin malam banjir lagi akibat hujan deras di hulu," tegas Jasman.
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019