• Beranda
  • Berita
  • Ancaman dari KKSB, Polres Mimika segera bertemu pendulang emas

Ancaman dari KKSB, Polres Mimika segera bertemu pendulang emas

14 November 2019 14:38 WIB
Ancaman dari KKSB, Polres Mimika segera bertemu pendulang emas
Kapolres Mimika AKBP I Gusti Gere Era Adhinata. ANTARA/Evarianus Supar/aa.
Jajaran Kepolisian Resor Mimika, Papua dalam waktu dekat akan segera menggelar pertemuan dengan para pendulang emas tradisional yang eksodus dari lokasi pendulangan mereka di Kali Kabur ke Timika lantaran ditengarai mendapat ancaman oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB).

Kapolres Mimika AKBP I Gusti Gede Era Adhinata di Timika, Kamis, mengatakan pertemuan dimaksud untuk mencari tahu apakah benar para pendulang mendapat ancaman oleh KKSB.

"Nanti saya akan kumpulkan para pendulang yang turun dari lokasi pendulangan, kalau benar mereka mendapat ancaman, ancamannya seperti apa? Sebagai pimpinan pengamanan wilayah terkait dengan pengamanan PT Freeport Indonesia, tentu kami akan berkoordinasi terus dengan Satgas Amole yang ada di wilayah Tembagapura terkait setiap perkembangan situasi yang terjadi," kata AKBP Era Adhinata yang baru sepekan memegang tongkat jabatan sebagai Kapolres Mimika menggantikan AKBP Agung Marlianto.

Baca juga: Pendulang emas tradisional di area Freeport akan dievakuasi

Kapolres mengatakan keberadaan ribuan pendulang emas tradisional di Kali Kabur nantinya perlu dilakukan pembinaan, sebab mereka tidak selamanya hanya menggantungkan hidup dari mengais butiran emas yang hanyut melalui area pembuangan tailing PT Freeport tersebut.

"Tidak mungkin mereka mendulang terus, mereka harus berfikir alternatif usaha dan pekerjaan lain karena perusahaan pertambangan ini tidak mungkin selama-lamanya akan beroperasi," jelas AKBP Era Adhinata.

Sebagai Kapolres baru Mimika, AKBP Era Adhinata mengaku telah bertemu seluruh pimpinan satuan TNI dan Polri di Mimika untuk bersama-sama bersinergi melakukan pengamanan wilayah tidak saja di Kota Timika, tetapi juga di distrik-distrik yang jauh dari kota.

Kehadiran pasukan TNI dan Polri di Mimika (termasuk Satgas), katanya, diharapkan dapat memberikan jaminan rasa aman kepada masyarakat setempat.

"Kekuatan yang ada cukup, kita juga dibantu oleh Satgas-satgas yang ada dari Jakarta. Sampai sekarang mereka belum pulang," ujar AKBP Era Adhinata.

Baca juga: Papua Terkini - Panglima TNI bantu heli selidiki keberadaan pendulang

Baca juga: Papua Terkini - 47 warga diduga pendulang dievakuasi ke Tanah Merah


Kapolres juga meminta dukungan seluruh komponen masyarakat Mimika untuk membantu pengamanan lingkungan masing-masing.

"Kami kepolisian tidak bisa bekerja sendiri. Kami akan gerakan lagi semua Poskamling yang ada di Timika agar semua komunitas dan paguyuban berperan bersama menjaga kamtibmas," ujarnya.

Sebelumnya Komandan Kodim 1710 Mimika Letkol Inf Pio L Nainggolan mengatakan diduga kuat kelompok separatis sudah masuk ke wilayah Tembagapura lantaran semakin banyak pendulang emas tradisional eksodus ke Kota Timika.

"Isu yang kita dapatkan bahwa kelompok separatis ini maupun simpatisannya sudah berada di wilayah Tembagapura. Indikasinya sudah banyak pendulang yang keluar dari lokasi pendulangan kembali ke Timika. Kami mengimbau para pendulang agar segera keluar dari lokasi pendulangan untuk mengantisipasi terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan bersama," kata Letkol Nainggolan.

Dandim mengatakan pergerakan KKSB ke wilayah Tembagapura itu berkaitan erat dengan 1 Desember yang diperingati sebagai 'Hari Sakti' bagi warga Papua.

Setiap 1 Desember tiba, katanya, KKSB selalu menggelar aksi.

Khusus dari kalangan TNI, Dandim menyebut kekuatan yang akan dilibatkan untuk mendukung pengamanan Kamtibmas menghadapi 1 Desember di Mimika cukup besar baik organik maupun satuan tugas (Satgas), dan tidak ada penambahan pasukan baru ke Timika.

"Satgas saja sebanyak 565 personel sudah tergelar di pos-pos. Lalu masih ada cadangan 300 personel akan di-standby-kan di Mako Brigif 20 IJK/Kostrad, Batalyon 754 ENK/Kostrad dan Denkav," jelasnya.

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2019