"Masa lalu sudah lewat. Tidak ada lagi masanya saling pecah ataupun saling sikut," katanya, saat membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar, di Jakarta, Kamis.
Apalagi, kata Airlangga, Presiden Joko Widodo saat membuka Forkopimda di Sentul mengingatkan agar tidak ada lagi sikut-sikutan, dan sebagainya, tetapi yang ada adalah persatuan untuk kesejahteraan rakyat.
Menurut dia, Munas adalah forum tertinggi partai sehingga momentum persatuan dengan suasana hangat dan bersahabat harus dijaga diantara sesama kader Partai Golkar.
Apabila terjadi riak-riak dalam pelaksanaannya, kata dia, lebih merupakan ornamen demokrasi yang akan semakin memperkuat Partai Golkar.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu berharap asas musyawarah mufakat yang dikedepankan dalam pelaksanaan munas yang salah satunya agendanya memilih ketua umum.
"Kalau memang ada aspirasi lain, tentu menggunakan mekanisme jujur, adil, dan demokratis. Semua pihak berjanji menerima apapun hasilnya dengan besar hati," katanya.
Airlangga kembali menyelipkan pesan kepada para kader untuk tetap menjaga kekompakan dan persatuan di ajang musyawarah nasional, dalam pantun yang dibacakannya.
"Sudah gaharu, cendana pula. Sudah tahu bertanya pula. Jangan disikut atau disikat, kawan sendiri. Mari bersatu besarkan partai," katanya, membacakan pantunnya.
Rapimnas itu dihadiri oleh 400 kader Partai Golkar dari seluruh Indonesia sebagai persiapan pelaksanaan Musyawarah Nasional Golkar pada Desember mendatang.
Tokoh-tokoh senior Golkar hadir, antara lain Ketua Dewan Kehormatan Akbar Tanjung, Ketua Dewan Pembina Aburizal Bakrie, dan Ketua Dewan Pakar Agung Laksono.
Selain para senior, tokoh-tokoh Golkar juga hadir, seperti Menteri Perindustrian Agung Gumiwang Kartasasmita, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali, dan Wakil Ketua DPR RI Aziz Syamsudin.
Baca juga: Airlangga ajak kedepankan musyawarah mufakat pilih ketua umum
Baca juga: Buka Rapimnas Golkar, Airlangga singgung kesepakatan dengan Bamsoet
Baca juga: Golkar gelar Rapat Pleno jelang Rapimnas
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019