"Kami menghimpun dana dengan menerbitkan surat utang jangka menengah (MTN) dan surat berharga komersial karena sebagian besar pendanaan kami saat ini bersumber dari perbankan dengan jangka waktu pendek dan tingkat suku bunga relatif tinggi sehingga perlu funding mix dengan cost of fund yang lebih rendah,” kata Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset/PPA (Persero) Iman Rachman dalam kegiatan press gathering di Bandung, Kamis.
Dikatakan, guna memenuhi kebutuhan modal untuk revitalisasi dan restrukturisasi BUMN dan ekspansi investasi, PPA mulai tahun 2019 menghimpun tambahan pendanaan eksternal melalui pasar uang dan pasar modal. PPA telah menerbitkan MTN pada awal November 2019 senilai Rp750 miliar terdiri dari Rp300 miliar dengan tenor 2 tahun dan Rp450 miliar dengan tenor 3 tahun. "
PPA, katanya, juga dalam proses penerbitan Surat Berharga Komersial yang rencananya akan terbit pada Desember 2019 senilai Rp100 miliar dengan jangka waktu 1 tahun. Penerbitan SBK saat ini masih dalam proses di Bank Indonesia," katanya.
Seiring dengan tantangan perubahan dunia bisnis saat ini, perseroan menerapkan perbaikan strategi dalam penanganan revitalisasi dan restrukturisasi BUMN.
Menurutnya, terdapat 2 skema revitalisasi dan restrukturisasi BUMN. Pertama, masuk pada ekuitas menjadikan perusahaan yang ditangani sebagai anak perusahaan seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk dan PT Nindya Karya (Persero). Kedua yaitu berperan sebagai pengawas keuangan atas dana yang dikucurkan oleh PPA seperti pada PT Survai Udara Penas.
Perseroan, tambahnya, juga mencarikan mitra strategis untuk mengembangkan bisnis perusahaan yang ditangani. Contohnya perseroan sedang penjajakan dengan mitra strategis untuk mengelola aset lahan milik PT Iglas di Gresik dan bisnis kargo udara untuk wilayah Indonesia timur pada PT Merpati Nusantara Airlines.
"Hal terpenting bagi kami yaitu perusahaan yang kami tangani dapat meningkatkan pendapatan dan laba melalui business restructuring. Perlu langkah-langkah visioner menangani R/R, tidak bisa lagi hanya mengandalkan bisnis seperti biasa," katanya.
Direktur Konsultasi Bisnis dan Aset Manajemen PT PPA Dikdik Permadi Yoffana, mengatakan perseroan sampai dengan triwulan III tahun 2019 telah membukukan pendapatan usaha sebesar Rp3,838 triliun, meningkat sebesar 4 persen secara year on year.
"Total aset meningkat sebesar 31 persen secara year on year menjadi Rp13,648 triliun. Sementara capaian EBITDA meningkat secara year on year sebesar 14 persen menjadi senilai Rp589 miliar,"katanya.
PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang mengemban tugas utama untuk memberikan pertumbuhan yang berkesinambungan bagi seluruh pemangku kepentingan melalui kegiatan investasi, restrukturisasi dan penyehatan BUMN/BUMD, pengelolaan aset, dan pemberian saran. PPA memiliki beberapa anak perusahaan yaitu PT PPA Finance, PT PPA Kapital dan PT Nindya Karya.
Baca juga: PPA sudah investasi Rp2 triliun pada 2018
Baca juga: PPA-Polowijo investasi Rp1 triliun kembangkan pabrik pupuk magnesium
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019