Pada Kamis pagi, tiga pemrotes meninggal setelah terkena tabung gas air mata di bagian kepala. Satu lainnya mengembuskan napas terakhir di rumah sakit karena luka-luka akibat terkena bom kejut, yang ditembakkan oleh pasukan keamanan, kata sumber-sumber tersebut.
Pasukan keamanan menggunakan peluru tajam, peluru karet dan menembakkan tabung gas air mata saat berusaha membubarkan ratusan pedemo yang berkumpul di Tahrir Square, kata seorang juru kamera Reuters.
Sedikitnya, setengah dari jumlah pengunjuk rasa yang cedera itu terkena peluru tajam, kata sumber kepolisian dan medis.
Para korban lainnya dibawa ke rumah sakit setelah luka-luka akibat gas air mata atau peluru karet, kata mereka.
Baca juga: 319 orang tewas dalam protes antipemerintah sejak 1 Oktober di Irak
Baca juga: AS desak Irak gelar pemilu dini
Lapangan tersebut merupakan pusat aksi unjuk rasa antipemerintah, yang telah berlangsung selama berminggu-minggu di negara itu.
Sejak gelombang protes itu mulai muncul di Baghdad dan kawasan selatan di Irak, sudah lebih dari 300 orang kehilangan nyawa.
Aksi protes itu sendiri didorong ketidakpuasan masyarakat terkait kesulitan ekonomi serta korupsi.
Pemerintahan Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi telah mengambil sejumlah langkah untuk berupaya mengakhiri kerusuhan, antara lain dengan memberikan berbagai bantuan kepada orang-orang miskin serta menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan bagi para lulusan perguruan tinggi.
Namun, langkah pemerintah tersebut tidak berhasil mengimbangi tuntutan yang semakin meningkat dari para pemrotes, yang sekarang mendesak agar sistem politik sektarian di Irak dirombak dan seluruh elit berkuasa mundur.
Sumber: Reuters
Baca juga: Telepon PM Irak, Menlu AS "sesalkan" jumlah korban tewas demonstran
Baca juga: Rakyat Irak turun ke jalan buat protes terbesar sejak kejatuhan Saddam
Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019