Karhutla berimbas pada ekspor yang melambat tiga bulan terakhir
Badan Pusat Statistik mengungkapkan kebakaran hutan dan lahan di beberapa kabupaten Sumatera Selatan telah memengaruhi perekonomian di daerah tersebut pada triwulan III 2019.
Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih di Palembang, Jumat, mengatakan salah satu yang paling menyolok yakni terjadinya penurunan nilai ekspor sejak beberapa bulan terakhir.
"Pertumbuhan ekonomi melambat pada triwulan III yang pada periode ini puncak musim kemarau, sehingga banyak terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla)," kata dia.
Baca juga: BPS: Pertumbuhan ekonomi Sumsel 5,8 persen
Ia mengatakan karhutla telah berdampak pada penurunan ekspor Sumsel.
Pada September lalu, nilai ekspor Sumsel 278,09 juta dolar AS atau menurun dibandingkan Agustus yang mencapai 334,54 juta dolar AS.
Akibatnya, pada triwulan III 2019, ekonomi Sumsel melambat yakni hanya tumbuh 5,67 persen.
"Karhutla berimbas pada ekspor yang melambat tiga bulan terakhir,” kata dia.
Selain berpengaruh pada ekspor, menurut dia, karhutla juga memengaruhi konsumsi masyarakat yang meningkat akibat pembelian masker, terutama warga Palembang yang mengalami imbas langsung dari sebaran asap.
Masyarakat yang terpapar akibat asap akan membeli masker.
Adapun, BPS mendata jumlah penderita ISPA di Sumsel, terutama di Palembang mengalami peningkatan.
Berdasarkan data BPS, jumlah penderita ISPA mengalami peningkatan pada Juni yakni sebanyak 39.683 penderita, lalu meningkat menjadi 40.874 penderita pada Juli dan pada Agustus mengalami peningkatan menjadi 50.682 penderita.
Baca juga: Titik panas di Sumsel berkurang, namun angin kencang mengintai
Baca juga: Dinkes Sumsel sudah bagikan 350.000 masker antisipasi ISPA
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019