Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan implementasi mandatori B30 yang akan dilaksanakan pada 1 Januari 2020 diproyeksikan dapat menghemat devisa negara hingga sebesar 4,8 miliar dolar AS sepanjang 2020.pemerintah akan melakukan uji coba penggunaan B30 di sektor transportasi pada November 2019...
“Maka pada saat implementasi Mandatori B30 dilaksanakan secara formal pada 1 Januari 2020 diproyeksikan akan terjadi penghematan devisa sebesar 4,8 miliar dolar AS sepanjang 2020,” katanya di Jakarta, Jumat.
Airlangga mengatakan pemerintah akan melakukan uji coba penggunaan B30 di sektor transportasi pada November 2019 sebab hasil road test sementara kendaraan bermesin diesel menunjukkan bahwa B20 dan B30 telah memenuhi spesifikasi parameter short test.
Spesifikasi parameter short test sendiri terdiri dari kadar FAME, kadar air, viskositas, densitas, dan angka asam. Selain itu, penggunaan B20 dan B30 juga tidak memperlihatkan perbedaan dampak yang signifikan terhadap daya kendaraan.
Baca juga: Menko Airlangga: Surplus neraca dagang bukti keberhasilan pemerintah
Airlangga menilai implementasi mandatori B30 tersebut akan mampu menekan nilai impor Indonesia yang pada Oktober 2019 mencapai 14,77 miliar dolar AS atau naik 3,37 persen (mtm) dibanding bulan lalu.
“Berbagai langkah yang sedang dan akan diambil pemerintah Indonesia saat ini diharapkan dapat menurunkan angka impor ke depan di antaranya pemberlakuan Mandatori B30,” katanya.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Jumat (15/11) menunjukkan meskipun nilai tersebut naik dibandingkan September 2019 namun turun signifikan daripada periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar 16,39 persen (yoy) atau 17,67 miliar dolar AS.
Tak hanya melalui mandatori B30, Airlangga menjelaskan pemerintah juga akan melakukan berbagai langkah untuk terus mengurangi nilai impor di Indonesia seperti merevitalisasi Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) untuk mensubstitusi produk impor petrokimia.
Ia melanjutkan pemerintah pun akan melakukan pengembangan program gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai upaya substitusi Liquified Petroleum Gas (LPG) dan pengembangan green refinery.
“semuanya ini merupakan bagian dari Quick Wins pemerintah dalam upaya memperkuat neraca perdagangan Indonesia,” tegasnya.
Baca juga: Ahok bakal kelola BUMN besar, ini kata Menko Airlangga
Neraca perdagangan Indonesia untuk periode Oktober 2019 mengalami surplus 161,3 juta dolar AS atau lebih baik dibanding periode September 2019 yang mengalami defisit 163,9 juta dolar AS.
Surplus tersebut juga lebih baik daripada periode yang sama pada 2018 dengan defisit cukup besar yaitu mencapai 1,75 miliar dolar AS.
Perbaikan neraca perdagangan tersebut utamanya disumbang oleh surplus non-migas sebesar 990,5 juta dolar AS, meskipun pada saat yang sama sektor migas masih mengalami defisit sebesar 829,2 juta dolar AS.
Realisasi surplus non-migas pada Oktober 2019 ini lebih tinggi dibandingkan surplus pada September 2019 lalu yang tercatat 598 juta dolar AS dan periode sama tahun lalu yang justru mengalami defisit 386,9 juta dolar AS.
Sementara itu, defisit migas pada Oktober 2019 sebesar 829,2 juta dolar AS juga tetap perlu menjadi perhatian bersama, meskipun bila dibandingkan Oktober 2018 dengan berada di angka defisit 1,37 miliar dolar AS pencapaian pada Oktober 2019 ini relatif lebih baik.
Nilai ekspor pada Oktober 2019 mencapai 14,93 miliar dolar AS atau naik 5,92 persen (mtm) dibandingkan September 2019.
Baca juga: Hasil uji jalan B30 diumumkan akhir November
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019