Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku Utara (Malut) menyatakan hingga kini belum ada penetapan tanggap darurat dari BPBD Ternate terkait gempa bumi yang berkekuatan 7,1 magnitudo.Meski gempa yang mengakibatkan puluhan rumah warga dan sejumlah fasilitas umum rusak namun hingga saat ini BPBD setempat belum menetapkan status tanggap darurat karena masih menunggu tahap kajian di lapangan
"Memang, sesuai data ada, 28 rumah warga Pulau Batang Dua Kota Ternate rusak ringan dan fasilitas umum seperti tiga unit gereja satu unit SMA Negeri 11 Kota Ternate di Kecamatan Batang Dua Kota Ternate rusak ringan dan satu Unit Bank Perkreditan Rakyat (BPRS) rusak, tetapi belum ada laporan penetapan tanggap darurat gempa bumi Malut," kata Sekretaris BPBD Malut, Ali Yau kepada ANTARA di Ternate, Sabtu.
Ia mengatakan meski gempa yang mengakibatkan puluhan rumah warga dan sejumlah fasilitas umum seperti gereja dua unit, dan satu unit bangunan sekolah di Kota Ternate rusak namun hingga saat ini BPBD setempat belum menetapkan status tanggap darurat karena masih menunggu tahap kajian di lapangan.
Selain itu, BPBD Malut telah membuka posko pasca-gempa yang terjadi di Pulau Batang Dua Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat guna mengindentifikasi berbagai kerusakan dan kerugian akibat gempa tersebut.
Dia mengakui, pihaknya membuka posko di Ternate ini agar mudah melakukan koordinasi dengan BMKG, BPBD kabupaten/kota serta sektor terkait untuk mengidentifikasi korban kerusakan dan kerugian akibat gempa bumi berbagai daerah di Malut.
Menurut dia, BPBD membuka posko sementara di Hasan Esa Takoma, Ternate ini agar memudahkan seluruh informasi terkait dengan perkembangan pasca-gempa bumi berkekuatan 7,1 magnitudo di Malut.
Dampak bencana gempa bumi dengan kekuatan 7,1 magnitudo yang terjadi pada tanggal 15 November 2019 mengakibatkan 28 rumah warga Pulau Batang Dua rusak.
"Begitu pula, 3 unit gereja di Kecamatan Batang Dua Kota Ternate rusak ringan, satu unit SMA Negeri 11 Kota Ternate di Kecamatan Batang Dua Kota Ternate rusak ringan dan satu Unit Bank Perkreditan Rakyat (BPRS) rusak," kata Ali Yau.
Sedangkan untuk data yang terakhir yang berhasil diperoleh yakni korban luka 2 orang yakni Delvi Peo, warga Mayau Pulau Batang Dua dan Mesin Bunga warga kelurahan Lelewi Batang Dua kota Ternate.
Direktur LSM Rorano, Asghar Saleh menyatakan, sebagai salah satu lembaga kemanusiaan Malut yang peduli pada masalah kemanusiaan, ia meminta agar pemkot setempat peka merasakan penderitaan masyarakat di Pulau Batang dua pasca-gempa 7,1 magnitudo.
Kecamatan Pulau Batang Dua memiliki dua pulau itu terdampak gempa bumi berkekuatan 7,1 magnitudo sendiri masuk dalam wilayah Pemkot Ternate dan berada di kepulauan terluar yang merupakan perbatasan antara Provinsi Malut dan Sulawesi Utara
Sehingga dengan kesulitan akses transportasi ke Pulau Mayau dan Tifure itu, tim untuk sementara bergerak melakukan penilaian ke Kelurahan Bido untuk mendata kerusakan atau korban akibat gempa tersebut.
Sedangkan Pulau Mayau ada empat kelurahan dan hanya di Kelurahan Mayau telepon yang berfungsi.
Baca juga: BMKG catat 159 kali gempa susulan Jailolo-Malut
Baca juga: BMKG: Tsunami terdeteksi di Ternate dan Bitung
Baca juga: Halmahera Barat kembali diguncang gempa bumi
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019