Dialog nasional tersebut merupakan salah satu terobosan sosialisasi pembinaan Pancasila yang dilakukan BPIP melalui Direktorat Hubungan Antarlembaga dan Kerja Sama, kepada lima pemangku kepentingan di seluruh daerah di Indonesia. Kelima pemangku kepentingan yang disebut BPIP sebagai pentahelix adalah pemerintah, swasta, perguruan tinggi, media massa, dan organisasi kemasyarakatan (ormas).
Salah satu dialog nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Hubungan Antarlembaga dan Kerja Sama BPIP dengan perwakilan dari kelima pemangku kepentingan bertajuk "Dialog Pentahelix 5 Stakeholder, Pemerintah, Swasta, Perguruan Tinggi, Media, dan Ormas: Gotong Royong Membumikan Pancasila" di Pekanbaru, Riau (13/11).
Selain peserta, hadir juga tamu undangan pada kegiatan dialog tersebut, antara lain Sekretaris Daerah Provinsi Riau Ahmad Syah Harrofie dan Kepala Kesabngpol Provinsi Riau Chairul Riski. Dari BPIP hadir, antara lain Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Lia Kian dan Togi Iman Hasiholan Sirait, serta Direktur Hubungan Antarlembaga dan Kerja Sama Elfrida Herawati Siregar.
"Pancasila adalah filosofi negara Indonesia yang kita ketahui bersama telah terbukti sampai saat ini mampu mempersatukan bangsa Indonesia yang heterogen dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Elfrida Herawati Siregar dalam sambutannya pada kegiatan dialog tersebut.
Menurut Elfrida, Pancasila berisi nilai-nilai luhur bangsa yang digali oleh Proklamator Indonesia Soekarno berisi lima sila. Namun, Pancasila jika diperas lagi, menjadi tiga sila. Bila diperas lagi menjadi sari patinya adalah gotong royong.
Oleh karena itu, Elfrida menamakan dialog nasional pembinaan Pancasila dengan lima pemangku kepentingan melalui forum diskusi berbasis daring yang akan dibangunnya disebut "Lapak Gotong Royong".
Baca juga: BPIP bangun kerjasama dengan lima kelembagaan untuk bumikan Pancasila
Website Lapak Gotong Royong
BPIP membuat website: www.pentahelix.gerakan100.com yang disebut Elfrida sebagai "Lapak Gotong Royong". Elfrida berharap melalui website tersebut dapat menjadi forum diskusi berbasis daring untuk membahas persoalan-persoalan aktual dalam kehidupan berbangsa dan bernegara guna merekatkan persatuan Indonesia dalam semangat Pancasila.
"Lapak Gotong Royong" ini adalah platform berbasis website sebagai forum tempat berkumpulnya unsur pentahelix untuk membahas persoalan-persoalan aktual.
Pada setiap diskusi nasional yang diselenggarakan Direktorat Hubungan Antarlembaga dan Kerja Sama BPIP, peserta diminta untuk meregistrasi pada forum diskusi di website www.pentahelix.gerakan100.com. Dengan banyak peserta, diharapkan diskusi yang terjadi juga dapat makin berkembang.
"Ngapain saja di dalam? Ya, bisa diskusi. Bisa membahas berbagai isu aktual yang membangun semangat Pancasila," kata Elfrida.
Dalam harapan Elfrida, "Lapak Gotong Royong" ini dapat berkembang dengan munculnya "rumah-rumah kecil" forum diskusi pada setiap pemangku kepentingan guna membahas isu-isu aktual yang terkait dengan pembinaan Pancasila.
Dari masing-masing "rumah kecil" diharapkan dapat dihubungkan kepada pemangku kepentinga, kemudian disampaikan melalui superadmin di website pentahelix.gerakan100.com.
Elfrida mencontohkan perguruan tinggi membuat satu "rumah kecil" forum diskusi. Perguruan tinggin itu membahas tema soal Pancasila. Apakah akan membuat Pusat Studi Pancasila? Maka, dapat mengundang perguruan tinggi lainnya yang telah membuat Pusat Studi Pancasila.
Jika ada persoalan yang dinilai urgen dan menarik, menurut Elfrida, dapat diselenggarakan dialog nasional, seperti di Pekanbaru ini. BPIP melalui Direktorat Hubungan Antarlembaga dan Kerja Sama terus melalukan "road show" untuk mensosialisakan pembinaan Pancasila dan upaya menghidupkan "Lapak Gotong Royong ke berbagai kota di Indonesia.
Baca juga: BPIP: Perlu doktrin penguatan ideologi Pancasila dengan cara kekinian
Kegelisahan Daerah
Pada kegiatan dialog dengan lima pemangku kepentingan di Pekanbaru, para peserta tampak antusias menyampaikan persoalan-persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Misalnya, persoalan kesenjangan sosial, maraknya peredaran narkoba, tindakan kriminalitas yang meningkat, makin lunturnya rasa nasionalisme, makin menurunkan keteladanan pada figur tokoh, dan dampak negatif dari dihapuskannya pelajaran Pancasila di sekolah.
Pelaksana Tugas (Plt.) Sekrataris Daerah Provinsi Riau Ahmad Syah Harrofie, yang hadir pada dialog tersebut, menyatakan kegelisahannya terhadap perilaku pemuda saat ini yang dinilai sikap kegotong-royongan dan sopan-santunnya kepada orang yang lebih tua mengalami penurunan.
Menurut dia, setelah era Reformasi, Pancasila dihapus dari mata pelajaran di sekolah dan tidak ada lagi penataran Pedoman Pengamalan dan Penghayatan Pancasila (P4), kemudian berdampak terjadi pergeseran nilai-nilai moral di tengah masyarakat.
Harrofie menilai pada era Orde Baru ada lembaga BP7 yang menjadi penyelenggara P4 yang memberikan nilai-nilai moral kepada masyarakat Indonesia. Pada saat itu, sikap rukun dan saling menghormati di tengah masyarakat terjaga dengan baik.
Harrofie berharap keberadaan BPIP yang menjalani sosialisasi Pancasila, nilai-nilai moral dapat dipulihkan lagi.
"Harapan kami pada pemerintahan Presiden Jokowi dapat hidupkan lagi pendidikan moral Pancasila di sekolah sehingga dapat membangun nilai-nilai moral kepada masyarakat," katanya.
Sementara itu, pengajar pada Universitas Riau Hendro Eko Warso juga mengkhawatirkan kondisi saat ini karena nilai-nilai keteladanan dari sejumlah elite dan tokoh masyarakat mengalami penurunan.
Baca juga: BPIP apresiasi kontribusi tokoh Riau untuk penguatan Indonesia
"Saya melihat saat ini terjadi penurunan nilai-nilai keteladanan. Misalnya, kepala daerah yang sepatutnya menjadi teladan bagi warganya, malah ada yang dipenjara karena terkait dengan kasus korupsi," katanya.
Hendro menaruh harapan kepada BPIP untuk terus menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila kepada setiap diri warga negara Indonesia melalui berbagai pendekatan, baik pelajaran di sekolah, kegiatan seni dan budaya, maupun tradisi dan kearifan lokal di setiap daerah di Indonesia.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019