"Pada dasarnya Kemenpora tidak ingin mempersulit kebutuhan anggaran yang diajukan NOC. Namun demikian, harus jelas peruntukannya, apakah sesuai dengan target medali yang akan diraih,"
"Yang paling penting tidak menimbulkan kesan hanya sekedar mengikuti SEA Games tanpa urgensi yang jelas," ujar Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto dalam siaran tertulisnya, Minggu.
Gatot mengatakan awalnya National Olympic Committe (NOC) mengajukan anggaran sebesar Rp64 miliar yang kemudian diperbaharui lagi menjadi Rp67 miliar.
Ketersediaan dana yang bisa terpenuhi oleh Kemenpora hanya Rp59,6 miliar pertanggal 12 November 2019. Anggaran itu telah disesuaikan serta melewati tahap verifikasi, ujungnya mempertimbangkan target raihan medali pada ajang multieven terbesar se-Asia Tenggara tersebut.
Kemenpora menganggap kekurangan dari nilai anggaran Rp67 miliar itu masih harus diverifikasi urgensi kebutuhannya serta dilakukan efisiensi. Kemenpora tidak ingin hanya demi popularitas maka semua permintaan NOC dipenuhi, khawatir akan berpotensi menjadi temuan pada saat diperiksa oleh BPK.
Baca juga: CdM sebut tambahan dana kontingen SEA Games 2019 cukup
"Apalagi publik tentu akan menyoroti seandainya prestasi yang nantinya ditunjukkan oleh Kontingen Indonesia tidak sesuai dengan yang dikehendaki mengingat sebelumnya sudah sukses di Asian Games 2018," kata dia.
Sementara keluhan dari para cabor yang menganggap bahwa dana tersebut sangat kurang, Kemenpora meminta agar mereka mampu menutupinya sendiri dengan mencari sponsor atau sumber pemasukan lain.
Di satu sisi, Kemenpora menganggap ajang SEA Games bukan menjadi target utama Indonesia. Namun harus mulai berpikir bahwa Indonesia mesti berjaya di level Asian Games maupun Olimpiade.
"Bukan berarti SEA Games tidak penting, karena SEA Games tetap penting dan telah dijadikan sebagai event bagi sebagian besar atlet junior untuk memperoleh banyak kesempatan memanfaatkan multi event internasional," kata dia.
Baca juga: Jelang SEA Games 2019, tim layar Indonesia jalani TC di Filipina
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2019