pengembangan QR Code ini dalam rangka mendukung program non tunai atau cashless.
PT Mass Rapid Transit Jakarta mengembangkan sistem pembayaran tiket baru dengan menggunakan QR Code setelah berhasil mendapatkan izin dari Bank Indonesia untuk menerbitkan kartu perjalanan ganda (Multi Trip Ticket).
“Kami akan kedatangan QR Code, 1 Desember akan kami uji, sehingga 1 Januari sudah tidak ada lagi persoalan,” kata Direktur Keuangan dan Administrasi MRT Jakarta Tuhiyat dalam pemaparannya di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan pengembangan QR Code ini dalam rangka mendukung program non tunai atau cashless.
“Kami juga berupaya untuk mengedukasi masyarakat, menerapkan budaya baru, juga agar semua pembayaran itu ‘cashless’,” kata Tuhiyat.
Baca juga: MRT Jakarta, dari mengubah budaya hingga mimpi operator kelas dunia
Dia menjelaskan QR Code ini menggunakan aplikasi yang tersedia di Apple Store bagi pengguna iPhone maupun di Playstore bagi pengguna Android yang untuk sementara ini aplikasi tersebut direncanakan bernama MRTJ.
Nanti pengguna tinggal memindai kode yang sudah tertera di ponsel pintar dengan gate.
Namun, Tuhiyat mengatakan saat ini QR Code itu dikembangkan hanya untuk pembayaran tiket MRT, belum dapat digunakan untuk pembayaran lainnya.
“Tapi kami terus berinovasi,” ujarnya.
Salah satu kemudahan dari QR Code adalah bisa diisi dengan menggunakan aplikasi pembayaran daring, seperti LinkAja, OVO atau Gopay.
Sementara itu, kendala dari QR Code, lanjut dia, yakni pengguna harus menempatkan kode saat proses pemindaian dalam posisi yang benar-benar pas, sehingga mungkin saja akan memperlama proses “tapping” di gate.
Baca juga: MRT luncurkan kartu perjalanan ganda 25 November
Tuhiyat menyebutkan terdapat empat cara pembayaran tiket MRT Jakarta baik yang sudah digunakan maupun yang akan diterbitkan dalam waktu dekat, di antaranya Single Trip Tricket (STT), uang elektronik (U-nik) yang dikeluarkan oleh bank, Multi Trip Ticket (MTT) dan QR Code.
Dia menuturkan tujuan menghadirkan empat cara pembayaran tiket MRT Jakarta itu adalah memberikan pilihan kepada masyarakat yang sesuai dengan kebutuhannya.
Saat ini, Tuhiyat mengatakan pengguna uang elektronik dari perbankan masih menduduki porsi terbesar, namun salah satu kekurangannya adalah butuh waktu yang lebih lama untuk “tapping” di gate sekitar satu hingga dua detik.
Sementara itu, MTT dikembangkan agar para pengguna lebih mudah dalam melakukan pembayaran, yakni sekitar 0.2 detik “tapping”.
Kartu Jelajah MTT akan diluncurkan pada 25 November mendatang setelah MRT Jakarta mengantongi izin dari Bank Indonesia nomor 21/447/DKSP/Srt/B tertanggal 14 November 2019.
Baca juga: MRT targetkan angkut 100.000 penumpang per hari di 2020
Ke depannya, MRT juga akan melakukan interkoneksi dan interoperabilitas kartu MTT dalam bentuk konvergensi teknis dengan kartu KMT Kereta Commuter Indonesia (KCI) paling lambat 1 Januari 2022 sebagaimana sebagaimana tercantum dalam surat izin Bank Indonesia.
Untuk STT sendiri, Tuhiyat mengatakan, sebetulnya ditujukan untuk turis yang baru pertama kali mencoba MRT Jakarta karena apabila dilakukan setiap hari, pengguna cenderung repot sebab harus antre dan mengembalikan uang jaminan (refund) saat perjalanan berakhir.
Namun, ia akan mengembangkan STT tidak perlu dilakukan “refund”, tetapi kartu akan otomatis tertelan saat “tap out”, seperti di negara-negara yang telah mengoperasikan MRT.
“Kami bukan menghilangkan, tapi saling melengkapi mana yang sesuai kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019