"Tatanan dunia baru ini membawa tantangan bagi ketahanan nasional karena bentuk serangan berubah dari fisik menjadi 'cyber' (informasi)," katanya, melalui pernyataan tertulis, Selasa.
Sakti menyampaikannya saat menjadi keynote speech pada Goesmart 2019: Smart Cities Week 2019 yang diselenggarakan Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas (PIKKC) di ITB, Bandung, Selasa.
Menurut dia, Indonesia tengah masuk ke dalam tatanan dunia baru, seiring penggunaan teknologi "mobile" yang kian terintegrasi dalam kehidupan masyarakat.
Wamenhan yang membawakan materi dengan judul "Smart Safe & Secure Nation" menyatakan bahwa disadari atau tidak, sesungguhnya Indonesia setiap harinya diserang di era teknologi ini.
"Contoh sederhananya, hoaks disebar itu untuk melunturkan ideologi. Jika penyebar hoaks merasa berhasil menghancurkan ideologi seseorang, dia akan masuk dengan paham baru dan merusak tatanan yang ada," jelasnya.
Kondisi semacam itu, kata dia, harus diwaspadai para penggiat "smart city" karena di era kota cerdas, masyarakatnya belum tentu cerdas menerima informasi.
Ia mengajak seluruh pihak harus ikut dalam menjaga keamanan dan kedaulatan nasional kala membuat konsep "smart city" atau transformasi digital agar Indonesia mampu bersaing di era tatanan baru.
"Keamanan dan kedaulatan negara terhadap itu harus masuk dalam perencanaan kala membuat jaringan, konten, dan aplikasi untuk membuat 'Smart' apapun bagi masyarakat," tegas Sakti.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019