Menteri Riset Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro membeberkan strategi pengembangan ekonomi digital agar semakin berkontribusi dalam menggerakkan roda perekonomian di Tanah Air.Kita harus makin menguasai berbagai lini di dalam ekonomi digital itu sendiri, terutama di e-commerce. Kalau kita lihat dari "on-demand transportation, fintech dan e-commerce, e-commerce masih jadi unggulan kita
"Kita harus makin menguasai berbagai lini di dalam ekonomi digital itu sendiri, terutama di e-commerce. Kalau kita lihat dari "on-demand transportation, fintech dan e-commerce, e-commerce masih jadi unggulan kita," ujar Bambang saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi di Gedung BEI, Jakarta, Selasa.
Bambang menuturkan, dari lima unicorn atau perusahaan perintis (startup) yang memiliki valuasi di atas satu miliar dolar AS, tiga unicorn bergerak di bidang e-commerce, sedangkan dua lainnya di "on-demand transportation" dan sistem pembayaran (payment system).
Untuk menunjang keberhsilan e-commerce tersebut, lanjut Bambang, mau tidak mau topik lima tahun ke depan adalah sumber daya manusia (SDM).
"Karena mau diotak atik e-commerce itu, e-commerce kalau ingin bertahan dan kompetitif, mereka harus R&D secara terus menerus, tidak boleh putus. Karena persaingan e-commerce itu datangnya bukan lagi tahunan, bulanan, mingguan, mungkin datangnya harian. Itu harus bisa diatasi kalau mereka punya R&D yang kuat," kata Bambang.
Intinya, untuk mengembangkan e-commerce membutuhkan SDM yang unggul. Sementara saat ini, unicorn-unicorn tersebut masih harus "mengimpor" ahli-ahli komputer dari luar Indonesia.
Kendati demikian, selain mengembangkan ekonomi digital, inovasi di sektor riil atau industri juga harus dikembangkan, ujar Bambang.
"Ecommerce itu kan harus ada yang diperdagangkan baik barang ataupun jasa. Jangan smpai kita sibuk dan fokus dengan e-commerce-nya tapi barangnya malah impor. Ketika impor nanti akan berdampak ke neraca perdagangan kita dan ujungnya ke mata uang rupiah," kata Bambang.
Oleh karena itu, pihaknya kini justru fokus pada perusahaan perintis (startup) berbasis teknologi, namun tidak hanya digital.
Bambang menginginkan produk inovasi Indonesia di sektor riil dan e-commerce dikembangkan oleh talenta dari dalam negeri. Ia mencontohkan Alibaba yang menjadi platform jual beli dari barang-barang dominan buatan China sendiri.
"Ini kita yang masih ketinggalan. Kita masih asyik dengan platform-nya, ecommerce-nya, tapi kita belum menguasai apa yang diperdagangkan di dalam e-commerce itu sendiri," ujar Bambang.
Baca juga: Para pelaku e-commerce sambut Kabinet Indonesia Maju
Baca juga: Para pelaku e-commerce dukung rencana regulasi barang impor
Baca juga: Asosiasi "e-commerce" dukung RUU Perlindungan Data Pribadi disahkan
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019