Aston Martin meluncurkan SUV DBX di Beijing karena separuh dari total konsumen mereka di China adalah kaum hawa, meskipun di seluruh dunia pembeli wanita mereka hanya 10 persen, demikian laporan Reuters, Rabu (20/11).
"Aston itu keren. Tapi jika Anda bisa membuatnya keren di antara pria juga wanita, itu membuatnya sangat-sangat keren," ujar Chief Executive Aston Martin Andy Palmer.
Membidik pembeli wanita atau konsumen dari segmen baru adalah strategi Aston Martin untuk menaikkan kinerja perusahaan.
Baca juga: Aston Martin jajal pasar sepeda motor
Aston Martin membidik konsumen SUV dari kalangan pengusaha berusia 40 tahunan, atau remaja kaya raya yang mereka sebut "Charlotte".
Agar DBX diterima kaum perempuan, Aston Martin menggunakan penasihat desain wanita yang tidak hanya mengatur soal tampilan tapi juga fitur di dalam mobil. Misalnya, ruang kaki yang lebih lega dan jarak jangkauan ke panel kontrol yang lebih dekat, menurut Palmer.
"Dalam pikiran kami, mobil itu harus sesuai dengan kebutuhan pelanggan perempuan," katanya.
Perusahaan berharap dapat meningkatkan penjualan tahunan menjadi 6.000 mobil sport dan 5.000 unit SUV. DBX akan memasuki dapur produksi pada 2020 di Wales.
Penjualan Aston Martin turun di Eropa meskipun mereka memiliki Vantage sebagai model baru. Ketika pasar mereka membaik di Asia, kekhawatiran penjualan yang menurun muncul akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Baca juga: Mobil kolaborasi Aston Martin dan Red Bull dinamai "Valhalla"
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019