"Dalam penerapan wisata halal di desa wisata kami bekerja sama dengan Halal Center Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Sudarningsih di Sleman, Kamis.
Menurut dia, pada tahap awal ini penerapan wisata awal dimulai dari desa-desa wisata, baik yang kategori mandiri maupun berkembang.
"Kami rintis di desa wisata yang memproduksi makanan, minimal mendapatkan izin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) dulu," katanya.
Ia mengatakan, ke depan, proses selanjutnya lama dan agak mahal. Karena satu makanan seperti misal item tepungnya harus dilihat dari apa.
"Kemudian nanti baru diajukan sertifikasi halal ke MUI," katanya.
Sudarningsih mengatakan, untuk sektor hotel dan restoran, pihaknya sudah sosialisasikan untuk penerapan wisata halal.
"Ada hotel seperti Hotel Cakrakusuma, makanan yang disediakan sudah halal," katanya.
Ia mengatakan, selama ini memang diakui di pihak pengelola wisata masih ada salah persepsi perihal penerapan wisata halal.
"Wisata halal bukan berarti yang non-Muslim tidak difasilitasi. Adanya wisata halal itu agar wisatawan Muslim datang ke destinasi wisata terjamin kehalalannya," katanya.
Dalam menerapkan konsep wisata halal di Sleman, pihaknya mengacu arahan dari Kementerian Pariwisata.
"Yang terpenting di sektor wisata itu bisa ramah Muslim. Kalau datang ke destinasi wisata itu, pihak pengelola menyediakan tempat ibadahnya. Toilet laki dan perempuan dibedakan. Pakaian saat atraksi hiburan tidak terbuka," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019