"Dunia pertembakauan selalu dinamis, setiap musim selalu berbeda, tidak ada yang bisa menjamin bahwa musim ini lebih baik dari musim kemarin," katanya di Temanggung, Kamis.
Ia menyampaikan hal tersebut pada Focus Group Discussion "Menata Tata Niaga Pertembakauan" yang digelar Harian Suara Merdeka di Pendopo Pengayoman Temanggung.
Menurut dia tidak ada yang bisa menjamin masa depan dunia pertembakauan akan menjadi seperti apa, karena ketika di tengah-tengah masa panen dan harga lagi lumayan bagus, tiba-tiba pemerintah pusat mengeluarkan keputusan menaikkan cukai rokok yang akibatnya mempengaruhi seluruh pasar, dan menurunkan harga tembakau.
Baca juga: Legislator Jateng sebut kenaikan cukai ancam petani tembakau
Ia menyampaikan di bidang pertembakauan ini secara mikro juga selalu penuh dengan perubahan, sejak tata niaga, harga dan bagi kaum petani yang tidak tahu apa-apa mereka hanya merasa terombang-ambing oleh keadaan.
"Dengan sering adanya diskusi seperti ini saya kira kita akan punya kesamaan visi, persamaqan persepsi memandang dunia pertembakauan dan kita bisa menentukan langkah-langkah bersama ke depan apa saja yang harus dilakukan, baik oleh petani, industri maupun pedagang tembakau," katanya.
Ia menyebutkan luas lahan tembakau di Temanggung sekitar 12.000 hektare dengan kapasitas produksi bisa menghasilkan sekitar 12.000 ton tembakau kering.
Kualitas tembakau Temanggung asli adalah kemloko yang sekarang varitas kemloko 1 sampai kemloko 6, dimana dimasing-masing kualitas mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri yang mempunyai karakteristik kesesuaian lahan sendiri-sendiri.
Baca juga: Pabrik rokok diharapkan beli tembakau petani dengan harga wajar
Tembakau di Temanggung sudah ditanam jauh sebelum kemerdekaan dan booming pada era 1970an ketika pabrik-pabrik rokok kretek di kudus dan kediri mulai memproduksi rokok kretek dan juga mendapat sambuatan pasar yang sangat baik.
"Mulai tahun 1970an ke atas itu tembakau Temanggung mengalami masa puncak kejayaannya, bahkan tahun 1979 harga tembakau Temanggung telah mencapai 150.000/ kilogram, karena harga mahal maka orang desa itu kaya raya sehingga orang Nglamuk, Tlilir di lereng Gunung Sumbing itu mampu membeli listrik sendiri. Dulu menjadi tontonan, ketika sebagian Temanggung belum teraliri listrik di lereng Gunung Sumbing tiap malam sudah terang benderang," katanya.
Ia menyampaikan hingga tahun 1985-1986 kondisi petani tembakau masih sejahtera harga tembakau juga masih tinggi, tetapi tahun 1990an ke sini petani tembakau semakin susuh karena masalah rezim kesehatan, peraturan-peraturan WHO dan sebagainya. Selain itu juga persaingan di industri rokok.
"Rokok kretek mengalami pergeseran dengan rokok jenis baru, bahkan sekarang mulai berkembang rokok tanpa tembakau (vape), benar-benar petani tembakau itu tersedesak dan tergusur," katanya.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019