• Beranda
  • Berita
  • Stafsus Presiden Aminuddin Ma'ruf, dari bahaya lisan menuju harapan

Stafsus Presiden Aminuddin Ma'ruf, dari bahaya lisan menuju harapan

23 November 2019 12:31 WIB
Stafsus Presiden Aminuddin Ma'ruf, dari bahaya lisan menuju harapan
Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII Aminuddin Ma'ruf saat diperkenalkan sebagai Staf Khusus Presiden Joko Widodo di halaman tengah Istana Merdeka Jakarta, Kamis (21-11-2019). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aa.
Aminuddin Ma'ruf adalah pemuda yang lahir di Karawang, Jawa Barat. Sebelum ditunjuk sebagai Staf Khusus (Stafsus) Presiden RI Joko Widodo merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) periode 20142016.

Pria yang lahir pada tanggal 27 Juli 1986, tepatnya 33 tahun yang lalu, itu sempat menuai perkara karena lisan yang tak terjaga saat Kongres Ke-19 PMII yang dihadiri Presiden Joko Widodo di Masjid Agung Darussalam, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (15/5). ​​​​

"Bapak Presiden sengaja kami membuat, melaksanakan kongres ke-19 di Tanah Tadulako, di Provinsi Sulawesi Tengah, dengan tema Meneguhkan Konsensus Bernegara untuk Indonesia Berkeadaban. Di tanah ini, katanya, adalah pusat dari gerakan radikalisme Islam," kata Aminuddin di Palu, Sulawesi Tengah.

Masyarakat adat Kota Palu Sulawesi Tengah pun geger dibuatnya. Entah merujuk data dari mana dan siapa, Aminuddin saat pembukaan Kongres PMII di Masjid Agung Darussalam Palu, 2 tahun lalu, mengungkapkan bahwa Bumi Tadulako (sebutan khas Kota Palu) sebagai pusatnya gerakan radikalisme Islam.

Lembaga adat Tanah Kaili di Kota Palu pun menjatuhkan hukuman adat ringan givu sala mbivi atau salah bicara, berupa givu atau pemberian tiga ekor kambing dan 30 buah piring baru kepada Sekretaris Jenderal Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Samawi) itu.

Baca juga: Aminuddin Ma'ruf diharapkan jembatani Presiden dengan aktivis muda

Menurut dia, apa yang disampakan Aminudin itu berkaitan dengan nilai adat sala mbivi atau salah bicara adalah risiko yang harus diterima Aminuddin atas sanksi sesuai dengan aturan adat yang berlaku.

"Ya, sanksinya dalam bentuk tiga ekor kambing dan 30 buah piring makan," ujar Wakil Ketua Adat Kota Palu Arifin Sunusi di Palu, Kamis (18-5-2017).

Pihak Aminuddin Ma’ruf yang diberikan kesempatan oleh seluruh tokoh adat untuk memberikan tanggapan atas sanksi tersebut mengatakan bahwa sangat berterima kasih atas keikhlasan dan keluwesan hati masyarakat Kota Palu dan para tokoh adat untuk menerima dirinya untuk berkesempatan meminta maaf melalui forum secara adat.

Pertemuan adat tersebut, dihadiri oleh tokoh adat dari tiga wilayah adat, yakni Palu Barat, Ulujadi, dan Kamalise. Turut hadir pula Wali Kota Palu sebagai perwakilan dari pemerintah kota setempart, dan para tokoh agama, serta Wakil Ketua Dewan Adat Kota Palu Arifin Sunusi dan Ketua Lembaga Adat Balaroa Gasali Lapote.

Diberi Wejangan

Aminuddin Ma'ruf kemudian menemui Ketua Utama Alkhairaat Habib Saggaf Aljufri untuk mengklarifikasi pidatonya pada pembukaan Kongres Ke-19 PMII di Palu yang ternyata menyinggung perasaan masyarakat dan adat Sulawesi Tengah.

Aminuddin menemui pimpinan tertinggi perguruan Islam terbesar di Indonesia bagian timur itu, Rabu (17/5) sore. Dia menjelaskan bahwa pidatonya pada pembukaan Kongres XIX PMII yang dihadiri Presiden Joko Widodo, Selasa (15/5), terkait dengan pusat gerakan Islam radikal dan pusat menantang NKRI, sama sekali tidak bermaksud menyinggung perasaan masyarakat Sulteng, khususnya Kota Palu.

Kongres PMII dilaksanakan di Palu, kata dia, tujuannya untuk menjawab tentang Sulteng yang diberi stigma sebagai pusat gerakan Islam radikal dan pusat menantang NKRI, terhadap daerah lain maupun terhadap dunia internasional.

Baca juga: IPW: Kelompok radikal tumbuh subur di sejumlah daerah

Pada pertemuan tersebut, Aminuddin menerima beberapa nasihat dari Habib Saggaf terkait dengan kearifan, kebijaksanaan, dan penguatan diri.

Habib juga mengemukakan bahwa salah satu syair yang maknanya terkadang kuda lari cepat terjatuh karena kakinya tersandung.

Usai memberikan nasihat, Habib Saggaf juga mendoakan keselamatan dan kesuksesan Kongres XIX PMII sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Sebelum menemui Habib Saggaf, Aminuddin yang didampingi sejumlah senior PMII di Kota Palu, melakukan ziarah makam pendiri Alkhairaat Habib Idrus bin Salim Aljufri di kompleks Perguruan Islam Alkhairaat Palu.

Di tempat itu, Aminuddin membaca tahlil dan doa dipimpin Ketua Majelis Dzikir Rijalul Ansor Gerakan Pemuda Ansor Sulteng Suhban Lasawedi.

Aminuddin juga menemui Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola untuk menyampaikan permohonan maaf karena pidatonya menyinggung perasaan publik Sulteng, khususnya masyarakat Kota Palu.

Baca juga: Profil - Angkie Yudistia, disabilitas inspiratif jadi stafsus Jokowi

Menuai Harapan

Aminuddin adalah sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan melanjutkan S-2 di Universitas Trisakti, Jakarta.

Aminuddin terpilih menjadi Ketum PB PMII periode 20142016 lewat Kongres Jambi yang berlangsung pada tanggal 30 Mei10 Juni 2014. Sebelumnya, dia menjabat Ketua Biro Pemberdayaan Ekonomi.

Selama 2 tahun menjabat, dia membuat terobosan dalam hal kaderisasi secara masif dan nasional.

Aminuddin Maruf mengadakan pelatihan kader nasional dan berbagai acara seminar dan lokakarya strategis kader. Itu menjadi konsentrasi strategis PMII selama dia menjabat. Tujuannya adalah mencetak kader yang dapat duduk di berbagai macam posisi sektor strategis dan profesional.

Usai tidak menjadi Ketum PB PMII, Aminuddin Ma'ruf menjadi Sekretaris Jenderal Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Samawi), sukarelawan pendukung Jokowi-Ma'ruf pada Pilpres 2019. Sejumlah catatan yang diukir membuat Presiden Jokowi terkesima.

Baca juga: Profil - Belva, CEO Ruangguru pecinta pendidikan jadi stafsus Jokowi

Saat memperkenalkan tujuh orang staf khusus Presiden berusia muda dan berasal dari kalangan milenial, Jokowi meminta Aminuddin keliling ke santri-santri dan pesantren-pesantren untuk menebar gagasan-gagasan inovasi baru.

Presiden meyakini bahwa pesantren bisa melahirkan talenta-talenta hebat untuk memajukan bangsa.

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Arief Rosyid Hasan memuji pilihan Presiden Jokowi memilih Aminuddin Ma'ruf.

"Aminuddin teman generasi saya di organisasi pengaderan mahasiswa, dia di PMII dan saya di HMI. Pengalaman memimpin dia tentu di atas rata-rata," kata Arief lewat pesan singkat yang diterima di Jakarta, Kamis.

Arief mengatakan bahwa kapasitas Aminuddin dibutuhkan oleh Presiden Jokowi untuk menjangkau segmen pemuda yang ada di pesantren seluruh Indonesia dan kelompok-kelompok aktivis pemuda yang lain.

"Dia pernah memimpin salah satu organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia. Dia juga punya banyak anggota yang tersebar di seluruh Indonesia," kata Plt. Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia itu.

Baca juga: Akademisi: Stafsus Jokowi pertegas peran penting generasi muda

Dalam konteks itu, menurut Arief wajar jika Presiden Jokowi memilihnya yang dianggap muda dan energik serta memiliki beragam prestasi tersebut.

Jika Presiden selalu menyampaikan langkah demi langkah tidak lagi cukup. Kini lompatan demi lompatan yang Indonesia butuhkan.

Ide-ide cemerlang dan angin perubahan ke arah positif diharapkan muncul dari diri Aminuddin demi kemajuan Indonesia.

Arief berharap dengan bantuan Staf Khusus Presiden yang berasal dari kalangan milenial itu bisa memaksimalkan kebijakan yang sudah dibuat Presiden Jokowi sebelumnya, terutama dalam rangka sinkronisasi 30 kementerian lembaga untuk pelayanan kepemudaan dalam Perpres Nomor 66 tahun 2017 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Pelayanan Kepemudaan.

"Kebijakan Pak Presiden dengan perpres tersebut yang setidaknya akan bisa memperbaiki kesenjangan antaranak muda yang ada selama ini, antarmereka yang di perkotaan dan perdesaan," kata Arief.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019