Akhir dari pengepungan Polytechnic University di semenanjung Kowloon hampir terjadi saat sejumlah pengunjuk rasa secara mati-matian mencari jalan keluar dan yang lainnya berjanji untuk tidak menyerah, beberapa hari setelah kekerasan brutal sejak demonstrasi anti pemerintah berkecamuk pada Juni.
Baca juga: Seratus demonstran dikepung polisi di kampus Hong Kong
"Jika mereka menyerbu masuk, banyak tempat untuk kita berlindung," kata Sam (21), mahasiswa yang menyantap mie dalam waktu dua menit di sebuah cafe sambil merencanakan pelariannya.
Polisi memasang barikade plastik yang tinggi dan pagar di sekeliling kampus, yang mereka kepung lebih dari sepekan. Pada Sabtu pagi, wartawan Reuters melihat tiga van polisi masuk saat sekitar puluhan petugas siaga.
Sekitar 1.000 orang ditangkap dalam pengepungan di kota yang diperintahkan China tersebut, dengan sekitar 300 dari mereka berusia di bawah 18 tahun.
Baca juga: Pengunjuk rasa di kampus Hong Kong terkepung
Seorang anggota Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) berjaga di dalam Gun Club Hill Barracks dekat pagar polisi di ujung universitas.
Sampah busuk dan kotak bom molotov yang tak digunakan berserakan, tempat banyak tingkat bangunan mirip dengan tempat persembunyian yang ditinggalkan dan menyisakan sejumlah barang seperti ransel, masker dan botol minum.
Sabtu dini hari petugas dinas kebakaran memeriksa bagian sistem pembuangan, tempat sejumlah mahasiswa berupaya melarikan diri awal pekan ini, dengan meninggalkan ransel, masker dan juga barang-barang lainnya.
Bentrokan universitas hampir berakhir ketika sebanyak 1.104 orang mencalonkan diri untuk memperebutkan 452 kursi dewan daerah dalam pemilihan Minggu.
Baca juga: Polisi Hong Kong tembus barikade di kubu pemrotes
Tercatat 4,1 juta rakyat Hong Kong, dari populasi 7,4 juta, telah mendaftar untuk memberikan suara mereka dalam pemilihan.
Beberapa pegiat muda prodemokrasi kini mencalonkan diri di sejumlah kursi yang tak diperebutkan dan didominasi oleh para calon dari pro-Beijing.
Sumber: Reuters
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019