Menkop UKM minta tidak ada impor cangkul

23 November 2019 17:16 WIB
Menkop UKM minta tidak ada impor cangkul
Menteri Koperasi dan UKM RI Teten Masduki (jongkok kanan) didampingi Bupati Sukabumi Marwan Hamami meninjau workshor perajin cangkul di Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jabar, Sabtu, (23/11/2019)

kualitas cangkul yang dibuat perajin logam Cibatu ini kualitasnya jauh lebih baik

Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki secara tegas mengatakan jangan ada lagi impor cangkul dari negara manapun ke Indonesia karena produksi cangkul dalam negeri mencukupi.

"Kita tidak boleh lagi, masa cangkul saja harus impor," katanya saat kunjungan kerja dan meninjau langsung workshop pembuatan cangkul di Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jabar pada Sabtu.

Menkop UKM mengakui pihaknya harus melindungi produk UMKM apalagi di Indonesia khususnya di Cibatu yang merupakan pusat kerajinan logam banyak produk-produk alat pertanian yang mempunyai kualitas dan mampu bersaing dengan yang dari impor.

Menurutnya, terjadinya impor cangkul yang sempat ramai dikarenakan adanya yang tidak terhubung antara produk UMKM alat pertanian ini dengan sistem suplai atau pasar seperti dengan belanja pemerintah.

Maka dari itu dirinya ditugaskan Presiden RI Joko Widodo untuk datang ke Cibatu ini karena di daerah ini banyak perajin logam dan salah satunya terdapat perajin alat pertanian khususnya cangkul.

"Ternyata dari hasil peninjauan yang kami lakukan kualitas cangkul yang dibuat perajin logam Cibatu ini kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan yang berasal dari China atau impor," tambahnya.

Di sisi lain, Teten mengatakan dalam memproduksi cangkul ini memang masih ada kendala di bahan baku, standar nasional Indonesia (SNI) yang harus diurus oleh Kemenko UKM RI dan pengembangan usaha berskala besar dalam hal pembiayaan.

Khususnya untuk pembiayaan sudah tidak ada masalah karena pemerintah pusat telah mengucurkan bantuan untuk pengembangan UMKM melalui kredit usaha rakyat (KUR) senilai Rp190 triliun dengan bunga yang rendah hanya enam persen dan plafon kreditnya pun paling kecil sekarang Rp50 juta.

Tinggal saat ini bagaimana cangkul hasil produksi pelaku UMKM ini bisa sesuai standar, sehingga ke depannya pihaknya akan melakukan pembinaan kepada pelaku usaha itu agar produk yang dihasilkan sesuai SNI.

Kemudian untuk pemasarannya pun pemerintah siap membantu namun, perajin harus tetap mempromosikan produknya dengan memanfaatkan dunia digital. Apalagi saat ini pasar online terus meningkat, langkah ini bertujuan untuk membendung serbuan produk impor agar tidak merajai pasar digital.

Sementara, pengusaha kerajinan logam Cibatu Sukabumi Asep Rohendi mengatakan produk alat pertanian khususnya cangkul yang dibuat oleh perajin logam di Cibatu ini siap bersaing dalam segi kualitas namun, untuk kuantitas masih belum bisa mengejar khususnya produk dari China.

Kendala selama ini yang dihadapi pihaknya adalah masalah bahan baku dan biasanya perajin lokal di daerah ini memanfaatkan drum bekas untuk dijadikan cangkul tapi, kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan  produk impor. 


Baca juga: Empat BUMN siap dukung produksi cangkul dalam negeri
Baca juga: Kemendag: Tidak boleh impor cangkul, kecuali setengah jadi
Baca juga: Jurus Kemenperin cegah impor cangkul ilegal

 

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019