Game Boy berbagai warna dan kaset-kaset game berjejer di atas meja sebuah booth di The 90's Festival 2019, Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta. Booth tersebut hanya salah satu dari sekian penjual barang-barang yang memunculkan rasa nostalgia.
Charles Geofrey alias Kiki dari Games Folks mengendus peluang pasar di dunia game lawas semenjak muncul buku yang jadi pemantik kembalinya rasa rindu pada dunia 90-an.
Koleksi yang dijual punya harga bervariasi, dari ratusan hingga jutaan rupiah. Ada Atari dari tahun 1970-an, Sega, hingga Nintendo Wii yang tergolong lumayan baru.
"Saya mencari dari orang-orang yang masih menyimpan game ini, memperbaikinya, lalu dijual kembali," kata Kiki pada ANTARA, Sabtu (23/11).
Ada kalanya proses pencarian lebih mudah, misalnya Atari jadul yang ia dapatkan di daerah Jawa, tapi beberapa konsol juga harus ia impor dari Jepang karena barangnya memang hanya ada di Negeri Sakura.
Ia menuturkan Game Boy menjadi konsol yang paling banyak dicari selama ia menjual game-game lawas dalam kurun lima tahun terakhir.
Kiki pun membuat sebuah mesin game ding dong mini berbahan kayu yang sudah diisi permainan dari masa ke masa, dari zaman Atari hingga Playstation. Mesin modifikasinya itu bisa disewa atau dibeli.
Walau waktu telah lama berlalu sejak konsol game itu diluncurkan secara resmi, Kiki mengatakan mainan lawas relatif lebih awet dibandingkan gawai masa kini yang ringkih.
"Kalau ini jatuh (menunjuk Sega), enggak rusak dan masih bisa dimainin. Tapi kalau mainan zaman sekarang jatuh, sudah deh..."
Baca juga: Bernostalgia dengan gim retro di BGP 2019
Baca juga: Kolektor ini habiskan puluhan juta demi koleksi gim lawas
Baca juga: Sudah 30 tahun, ini enam alasan Game Boy selalu dicintai
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019