Pembina Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang fisika tingkat nasional yang juga dosen fisika di Universitas Indonesia (UI) Dr Syamsu Rosid menilai masih banyak para siswa sekolah menengah yang keliru saat melakukan fisika eksperimen karena masih banyak pemahaman konsep eksperimen yang belum benar.Ini tidak hanya terjadi pada para siswa yang melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, tapi juga pada siswa peserta Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang masih banyak melakukan kesalahan karena konsep yang keliru tentang fisika eksperimen
"Ini tidak hanya terjadi pada para siswa yang melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, tapi juga pada siswa peserta Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang masih banyak melakukan kesalahan karena konsep yang keliru tentang fisika eksperimen," kata Syamsu Rosid, saat memaparkan hasil temuannya di Kampus UI Depok, Kamis.
Menurut dia berdasarkan pengamatan di sejumlah kota di Indonesia seperti Jakarta, Bekasi, Serang, Gorontalo dan Manado -- tempat berlangsungnya OSN 2019 -- masih ditemukan guru fisika yang belum paham bahwa permasalahan fisika eksperimen dapat diselesaikan melalui pendekatan "linier regresion".
"Mereka mayoritas bahkan belum bisa membedakan mana variabel bebas dan mana variabel terikat serta mana parameter yang harus menjadi X dan Y dalam proses 'regresi linier'," katanya.
Ia juga menambahkan bahwa banyak guru fisika yang masih salah dalam menarik garis lurus atas data-data pengamatan atau pengukuran yang telah dilakukannya.
"Fisika eksperimen adalah saudara kembar atau pasangannya fisika teori. Keduanya sesungguhnya saling membutuhkan", tambah Syamsu Rosid.
Sementara itu sejumlah guru setelah dikonfirmasi melalui telepon mengaku lebih percaya diri setelah mengikuti seminar fisika eksperimen yang digelar Program "UI Untuk Negeri" di sejumlah kota sepanjang tahun 2019.
"Respon dari para guru cukup menyambut. Bahkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Provinsi DKI Jakarta berniat segera menyelenggarakan lokakarya khusus fisika ekperimen karena itu meningkatkan kepercayaan diri para guru", kata Martini, salah satu pembina OSN Provinsi DKI Jakarta yang baru saja purna tugas mengajar di SMA 76 Jakarta.
Selain itu, Fahrurozi Panjaitan, Ketua Tim OSN Sumatera Utara juga mengungkapkan hal senada.
"Kelemahan siswa di kompetisi naional itu di soal-soal praktik, kami merasa masih sangat kurang pembelajaran di fisika eksperimen. Terlalu banyak hanya di teori", ungkap Fahrurozi.
Ia juga menekankan bahwa lebih prioritas lagi adalah melatih para guru. "Guru-guru perlu dilatih lebih lama lagi dalam bidang eksperimen fisika. kalau perlu diadakan lokakarya khusus agar bisa lebih dalam interaksinya", katanya.
Sedangkan di jalur pendidikan madrasah, pembelajaran sains juga makin mendapatkan respon positif.
"Tahun ini peserta seminar tentang sains khususnya fisika eksperimen naik menjadi 400 perwakilan. Padahal tahun sebelumnya hanya 300 perwakilan", kata Masyhudi, Kepala Seksi Kesiswaan Madrasah (KSM) Kementerian Agama Provinsi Banten.
Masyhudi juga menambahkan bahwa saat ini memang sedang "booming" perwakilan madrasah berkompetisi di ajang Kompetisi Sains Madrasah atau KSM. Setiap madrasah ingin menunjukan kualitasnya untuk menjadi yang terbaik.
"Alhamdulillah saat ini Provinsi Banten menduduki posisi tiga besar di KSM tingkat nasional. Kami juga masih menyusun strategi pembinaan agar bisa menjadi yang terbaik di level nasional", kata Masyhudi yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI) Wilayah Provinsi Banten.
Baca juga: Juri OSN sebut sedikit siswa perempuan geluti fisika
Baca juga: Indonesia raih emas di Olimpiade Fisika Internasional
Baca juga: Indonesia raih emas dalam Olimpiade Fisika Dunia
Baca juga: ITS miliki profesor fisika perempuan pertama
Baca juga: UI raih dua juara di OSN Pertamina
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019