Untuk mencapai lokasi habitat alami bunga bangkai itu memerlukan waktu tempuh sekitar tiga jam perjalanan darat dari Kota Bandarlampung, ibu kota Provinsi Lampung.
"Alhamdulillah mekar juga bunga yang ditunggu-tunggu ini," ujar Abdul Kodir, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Jaya Lestari yang mengelola Wana Wisata Air Terjun Tirai itu pula.`
Bunga bangkai dekat dengan air terjun itu, sudah mekar dengan sempurna di dalam lokasi wana wisata.
Menurut Abdul Kodir, bunga ini sudah mulai mekar pada Selasa (26/11) pukul 18.00 WIB, dan Rabu pagi sudah mekar seluruhnya.
"Bagi yang ingin melihat bunga ini dari dekat, silakan berkunjung ke lokasi wisata ini, karena waktu mekar hanya 3-4 hari," ujarnya berpromosi.
Petugas Pokdarwis Jaya Lestari, Selamet, sebelumnya terus mengawasi bunga bangkai ini siang dan malam agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Bahkan meskipun masih musim kemarau, ia tak berani menyiraminya. Apalagi menjelang mekar, perlu dijaga lebih ketat lagi.
Abdul Kodir membenarkan, bunga raksasa langka itu diminta jangan dipegang atau jangan disentuh. "Boleh dipandang saja sepuasmu memandang, tapi jangan disentuh, apalagi dirusak," katanya lagi.
Bunga bangkai adalah salah satu bunga langka yang dikenal memiliki kelopak bunga berukuran raksasa dibandingkan jenis bunga biasanya, serta tergolong jenis bunga yang telah langka di dunia.
Bungai bangkai itu tumbuh alami pada habitatnya di dalam kawasan areal Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Batutegi di Desa Datar Lebuay, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, di dalam kawasan wisata alam Wana Wisata Air Terjun Tirai.
Petugas setempat telah memberi pembatas pagar bambu di sekitar bunga bangkai itu, agar tidak diusik. Tulisan "Awas Jangan Disentuh" juga dipasang mereka.
Pengelola kawasan wisata alam itu berharap bunga langka raksasa yang telah mekar tersebut menjadi salah satu daya tarik unggulan sehingga pengunjung berbondong-bondong datang.
"Kami akan coba jaga dan rawat bunga bangkai ini," ujar Abdul Kodir.
Aneka Air Terjun
Uniknya, keberadaan bunga bangkai yang mekar itu tak berjauhan dari beberapa air terjun yang ada di wilayah ini, sehingga diharapkan makin mendorong dan membuat penasaran pengunjung untuk datang menyaksikannya secara langsung.
Menurutnya, selain bunga bangkai siap mekar, di kawasan tersebut, sejak dari jalan masuk menuju Air Terjun Tirai, terdapat sejumlah tanaman bunga bangkai yang tumbuh alami. Bahkan, sudah ada satu calon bunga sudah muncul ke permukaan tanah, tak jauh dari lokasi bunga bangkai yang telah mekar tersebut.
Di sini terdapat Air Terjun Tirai, Air Terjun Bujang, Air Terjun Perawan, Air Terjun Landai, dan Air Terjun Batu Salak. Masing-masing memiliki ketinggian dan keunikan yang berbeda. Paling tinggi adalah Air Terjun Tirai yang mencapai sekitar 38 meter dari permukaan tanah di bawahnya.
Lokasi kawasan wisata alam ini sekitar 30 km dari Kantor KPHL Batu Tegi di Pasar Air Naningan, dan dapat dijangkau menggunakan jasa ojek sepeda motor dengan tarif Rp100.000 per orang pulang pergi.
Kondisi jalan sangat bervariasi, mulai dari jalan aspal dan tanah. Jika musim hujan, pengunjung harus ekstra hati-hati, karena kondisi jalan cukup licin, namun pengojek biasanya menyiapkan rantai roda untuk mengantisipasinya.
Jarak pintu gerbang selamat datang hingga lokasi Air Terjun Tirai sekitar 500 meter. Jalannya juga tidak begitu sulit, cenderung datar, meskipun harus menurun beberapa meter untuk mencapai Air Terjun Tirai.
Abdul Kodir pun berharap, bunga yang sudah mekar ini menjadi magnet untuk pengunjung berdatangan ke sini.
Keberadaan bunga langka itu diharapkan makin membuat populer keberadaan kawasan wisata alam di sini sebagai habitat alami bunga bangkai, sehingga menjadi salah satu daya tarik yang coba terus dipromosikan agar makin banyak wisatawan tertarik datang ke sini.
Seperti dikutip dari Wikipedia Indonesia, Kibut atau bunga bangkai raksasa atau suweg raksasa, dengan nama latin Amorphophallus titanum Becc merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik dari Sumatera, Indonesia yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia. Meskipun ada catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, yaitu Amorphopallus gigas (juga endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5 meter.
Kibut disebut juga bunga bangkai karena bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai membusuk. Bau ini untuk mengundang kumbang dan lalat serta serangga untuk menyerbuki bunganya.
Kibut sering dipertukarkan dengan padma raksasa Rafflesia arnoldii, boleh jadi karena kedua jenis tumbuhan ini sama-sama memiliki bunga yang berukuran raksasa, dan keduanya sama-sama mengeluarkan bau yang tak enak.
Karena itu, bila pengunjung bisa melihat langsung bunga bangkai itu, dipastikan tidak akan keliru dan tertukar lagi dapat lebih gampang mengidentifikasi bunga bangkai dengan padma raksasa Raflesia.
Di Lampung, bunga bangkai diketahui hidup pada habitat alami di kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dengan wilayah menyebar pada Kabupaten Lampung Barat, Pesisir Barat, Tanggamus, dan Kaur (Bengkulu). Bunga Bangkai ini juga telah menjadi koleksi dan dikembangkan pembiakannya di Kebun Raya Liwa di Kabupaten Lampung Barat sejak 2017 lalu.
Pengelola Wana Wisata Alam Air Terjun Tirai juga memberikan sejumlah batasan kepada pengunjung, seperti tidak membuang sampah di dalam lokasi. Pengunjung disajikan dengan perabotan makan dan minum bukan dari plastik, seperti dari bambu, serta bahan makanan dan minuman lokal khas setempat.
"Kami selalu mengimbau pengunjung tidak membuang sampah sembarangan di dalam kawasan wisata ini," ujarnya pula.
Pokdarwis Jaya Lestari juga berupaya terus mengembangkan daya tarik wisata alam, termasuk menyajikan berbagai makanan dan minuman maupun menyiapkan suvenir/cenderamata yang menarik bagi pengunjung untuk dinikmati dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
"Silakan datang ke sini dalam beberapa hari ini sebelum bunga bangkai yang mekar itu menjadi layu. Rasakan sensasi menyaksikan bunga langka berdekatan dengan air terjun yang sejuk dan mengasyikkan serta sangat bagus untuk berfoto-foto di sini," katanya lagi.
Mereka pun merasakan mendapatkan berkah dan karunia atas keberadaan air terjun bervariasi serta adanya habitat bunga bangkai dalam kawasan tersebut.
"Kami akan selalu menjaga semua itu sebaik mungkin, sehingga bisa lestari dan terus kita nikmati bersama-sama," kata dia pula.
Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019