"Saya sampaikan tadi bahwa diskriminasi sawit itu terutama untuk 'bio fuel' atau 'bio diesel' dimana 'market' Indonesia untuk 'bio fuel' di Uni Eropa itu 650 juta dolar AS, sedangkan perdagangan kita dengan Eropa itu 31 miliar," kata Airlangga dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta pada Kamis.
Airlangga telah mendampingi Presiden Joko Widodo menerima delegasi Dewan Bisnis Uni Eropa-ASEAN yang membahas potensi kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan perusahaan negara-negara Eropa.
Menurut Airlangga, potensi nilai perdagangan antara Indonesia dengan Uni Eropa masih dapat ditingkatkan.
Dia berharap persoalan minyak sawit dapat tuntas dengan baik.
"Disamping itu juga kami ingatkan bahwa Indonesia adalah 'the biggest buyer' dari pada Air Bus dan masih ada 'pending order' 200 unit pesawat. Jadi dengan demikian tujuannya adalah bagaimana kita mencari jalan keluar terkait dengan masalah 'bio diesel' di Eropa tersebut," kata mantan Menteri Perindustrian itu.
Menurut Presiden, terdapat hambatan untuk komoditas minyak sawit Indonesia ke Uni Eropa antara lain melalui regulasi maupun perusahaan-perusahaan di kawasan itu. Indonesia pun terus berupaya mengatasi diskriminasi tersebut.
"Negosiasi mengenai Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Indonesia-Uni Eropa (CEPA) akan berlanjut, dan tentu saja minyak sawit akan termasuk di dalam pembahasannya," ujar Jokowi.
Baca juga: Presiden singgung diskriminasi sawit saat terima Dewan Bisnis UE-ASEAN
Baca juga: Tolak diskriminasi sawit, Indonesia minta itikad baik EU
Baca juga: Jokowi dan Mahathir bersatu hadapi diskriminasi sawit Uni Eropa
Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019