Setiap penggunaan AI atau realitas virtual juga perlu ditandai dengan jelas dalam cara yang menonjol dan kegagalan untuk mengikuti aturan dapat dianggap sebagai pelanggaran pidana, Administrasi Cyberspace China (CAC) mengatakan di situs webnya.
Peraturan tersebut, efektif 1 Januari 2010 mendatang, dipublikasikan secara umum di situs webnya pada Jumat setelah dikeluarkan untuk penyedia layanan video dan audio online minggu lalu.
Secara khusus, CAC menyoroti potensi masalah yang disebabkan oleh teknologi deepfake, yang menggunakan AI untuk membuat video hiper-realistis di mana seseorang tampaknya mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan.
Teknologi Deepfake dapat "membahayakan keamanan nasional, mengganggu stabilitas sosial, mengganggu ketertiban sosial dan melanggar hak dan kepentingan orang lain yang sah," menurut transkrip dari konferensi pers yang dipublikasikan di situs web CAC.
Badan legislatif terkemuka China mengatakan awal tahun ini pihaknya mempertimbangkan untuk menempatkan teknologi deepfake sebagai tindakan ilegal.
Pada bulan September, aplikasi China baru ZAO yang memungkinkan pengguna bertukar wajah mereka dengan selebritas, bintang olahraga atau siapa pun lainnya dalam klip video menggunakan teknologi deepfake mengumpulkan jutaan unduhan begitu dirilis.
Namun, itu juga dengan cepat memicu masalah privasi. Zao meminta maaf atas keprihatinan yang dibuat tetapi mengatakan aplikasi tidak akan mengumpulkan informasi biometrik pengguna.
Platform video top di China termasuk penyedia layanan streaming video seperti Tencent Video, Youku yang dimiliki Alibaba, iQIYI serta platform video pendek seperti Kuaishou dan Douyin yang dimiliki ByteDance.
Platform podcast seperti Himalaya dan Dragonfly FM adalah aplikasi berbagi audio paling populer di negara ini.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pemerintah Xinjiang nyatakan dokumen yang bocor tentang Uighur palsu
Pewarta: Maria D Andriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019