Better Work Indonesia (BWI), lembaga di bawah Organisasi Buruh Internasional (ILO), menyatakan bahwa dalam upaya perlawanan atas kekerasan terhadap perempuan, termasuk pelecehan di tempat kerja, pandangan budaya tidak semestinya menjadi suatu alasan pengecualian.Terkait budaya, saya rasa tidak perlu menjadikannya sebagai dalih dalam upaya ini, karena sesungguhnya kekerasan terhadap perempuan terjadi di mana saja dan itu adalah masalah yang dimiliki berbagai negara dengan budaya yang berbeda-beda
Pandangan budaya yang dimaksud adalah sistem patriarki yang dianggap kental, khususnya di dalam masyarakat Indonesia, yang memberikan ruang bagi terjadinya pelecehan terhadap perempuan serta cara penanganan yang cenderung menyalahkan perempuan sekali pun posisinya sebagai korban.
"Terkait budaya, saya rasa tidak perlu menjadikannya sebagai dalih dalam upaya ini, karena sesungguhnya kekerasan terhadap perempuan terjadi di mana saja dan itu adalah masalah yang dimiliki berbagai negara dengan budaya yang berbeda-beda," ujar Program Manajer BWI, Maria Vasquez, dalam diskusi di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan bahwa di negara asalnya, Portugal, kultur patriarki juga sangat terasa, misalnya dengan pandangan dan doktrin maskulinitas.
Menurut Maria, Indonesia dalam beberapa aspek budayanya sebenarnya mempunyai kecenderungan memperhatikan kesetaraan. Hal itu karena dalam beberapa sistem sosial pada beberapa suku di Indonesia bukan hanya ada patriarki, namun juga ada yang bersistem matriarki.
Baca juga: Kesetaraan gender di mata Dubes Swedia
Kehadiran dua sistem sosial yang berbeda dalam budaya Indonesia itu dianggap sebagai dasar yang baik dalam mendukung upaya untuk menghapus kekerasan terhadap perempuan.
Hal yang menjadi sorotan utama dalam penghapusan kekerasan di tempat kerja, khususnya pelecehan, adalah menyediakan ruang aman bagi korban untuk bicara mengenai pengalamannya.
"Tidak hanya bagi perempuan, ruang aman itu juga semestinya bisa mendorong laki-laki untuk turut bicara tentang bagaimana pandangan dan perasaan mereka terhadap situasi atau kasus kekerasan di tempat kerja," ujar Maria.
Dengan prinsip pelibatan laki-laki untuk menciptakan lingkungan pekerjaan yang aman, BWI menyediakan ruang bagi laki-laki untuk menyatakan pandangan.
Dengan fakta bahwa lebih banyak pelaku pelecehan adalah laki-laki, Maria menyebut BWI selalu melibatkan laki-laki dalam setiap kegiatan pendidikan dan pelatihan di lingkungan pabrik yang menjadi fokusnya, seperti dengan bermain peran di mana laki-laki ditempatkan dalam posisi sebagai korban.
Baca juga: Perempuan rentan kekerasan di tempat kerja, termasuk pramugari
Baca juga: Ribuan orang di Madrid protes kekerasan terhadap perempuan
Pewarta: Suwanti
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2019