Pemasaran hasil panen cabai melalui sitem lelang yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mampu meningkatkan keuntungan petani maupun kelompok tani di wilayah setempat hingga mencapai ratusan juta.Karena dengan sistem lelang cabai ini, para petani dapat memperoleh harga jual yang tinggi, dan tidak mudah dipermainkan tengkulak atau pengepul
"Karena dengan sistem lelang cabai ini, para petani dapat memperoleh harga jual yang tinggi, dan tidak mudah dipermainkan tengkulak atau pengepul," kata Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Edy Sri Harmanto di Sleman, Minggu.
Menurut dia, keberhasilan petani cabai dalam mengelola hasil panen terlihat dari kinerja pasar lelang cabai. "Pasar lelang ini bertujuan untuk mempererat jaringan pemasaran antar petani cabai," katanya.
Keberhasilan pasar lelang cabai juga membawa Kabupaten Sleman ditetapkan Kementerian Pertanian dan Pemerintah DIY sebagai sentra cabai. "Di Sleman tanaman cabai dikembangkan di wilayah timur, tengah dan sebagian besar bagian barat seluas 1.500 hektare," katanya.
Saat ini perkembangan usaha komoditas cabai di wilayah Sleman telah berjalan dan berkembang dengan baik.
Baca juga: Petani lahan pantai di Kulon Progo mulai panen cabai
Mulai dari produktivitas cabai mencapai 9 hingga 12 ton per hektare, penerapan musim tanam untuk mengatasi ketersediaan cabai dan penerapan prinsip tata niaga menggunakan lelang.
"Di Sleman terdapat 11 lelang atau titik kumpul yang tersebar di wilayah Kecamatan Tempel, Turi, Ngaglik, Kalasan, Pakem dan Kecamatan Ngemplak," katanya.
Ia mengatakan pesatnya perkembangan kegiatan pertanian cabai di Sleman tidak terlepas dari perjalanan panjang perjuangan petani cabai Sleman bersama dengan Pemkab Sleman dan Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan DIY.
Salah satu pencapaian kelompok yang telah berhasil meningkatkan pendapatan adalah Kelompok Tani Taruna Bumi berkolaborasi dengan Kelompok Tani Sido Makmur adalah peningkatan produktivitas melalui penggunaan teknologi bacillus baik pembenihan maupun pupuk dan lelang selama satu periode panen bisa mencapai 206,3 ton dengan nominal Rp400 juta lebih.
Baca juga: Batam targetkan produksi cabai merah dua ton per hari
Hal ini didukung oleh pemasaran melalui pasar lelang yang diikuti oleh pedagang lokal maupun luar daerah.
Keberadaan pasar lelang yang awalnya diinisiasi oleh para petani dan didukung Bank Indonesia bersama Pemkab Sleman merupakan bupaya mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas distribusi barang.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY Budi Hanoto mengatakan program pengembangan cabai di Sleman sesuai dengan implementasi kebijakan dalam mewujudkan stabilitas moneter melalui penghendalian inflasi dari sisi persediaan lebih lanjut kebijakan ekonomi dan keuangan daerah dalam rangka mendukung perekonomian daerah.
"Ada beberapa aspek yang ditekankan Bank Indonesia untuk mendorong end to end pengembangan komoditas cabai di Sleman," katanya.
Aspek-aspek tersebut antara lain dari aspek produksi melalui implementasi budidaya cabai ramah lingkungan, perbaikan tata niaga pemasaran dan penguatan kelembagaan kelompok.
"Kami dorong juga penerapan pasar lelang dan diversifikasi produk turunan sehingga menguntungkan petani dan berorientasi bisnis jangka panjang," katanya.
Baca juga: Harga cabai rawit di Pontianak melonjak, capai Rp80.000 per kilogram
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019