• Beranda
  • Berita
  • Presiden Jokowi: stafsus milenial beri masukan untuk Kartu Pra Kerja

Presiden Jokowi: stafsus milenial beri masukan untuk Kartu Pra Kerja

2 Desember 2019 16:06 WIB
Presiden Jokowi: stafsus milenial beri masukan untuk Kartu Pra Kerja
Presiden Joko Widodo dalam acara diskusi dengan wartawan istana kepresidenan di Istana Merdeka Jakarta, Senin (2/11/2019). ANTARA/Desca Lidya Natalia/aa.
Presiden Joko Widodo menjelaskan staf khusus (stafsus) Presiden milenial bekerja untuk memberikan masukan mengenai Kartu Pra Kerja.

"Stafsus bisa memberikan masukan-masukan untuk pembaharuan, inovasi-inovasi terutama dalam kebijakan-kebijakan yang kita buat. Contoh, kartu Pra Kerja," kata Presiden Joko Widodo dalam diskusi dengan wartawan kepresidenan di Istana Merdeka Jakarta, Senin.

Baca juga: Stafsus milenial Presiden ingin kerja maksimal dan tak cuma asal viral

Pemerintah menargetkan penerima Kartu Pra Kerja mencapai 2 juta orang dengan anggaran mencapai Rp10 triliun. Dengan program tersebut ditargetkan tercipta lapangan kerja hingga 2,5-3 juta dan pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen.

"Sudah saya sampaikan kepada mereka, coba, kartu Pra Kerja nanti dikonsep, dilaksanakan seperti apa, agar gampang dikontrol. Kedua, berkaitan dengan nasabah Mekaar, yang produknya macam-macam sekali, bagaimana itu bisa kemasannya diperbaiki, merek diperbaiki kemudian dibuatkan 'market place' yang baik," tambah Presiden.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo mengajak dua stafsus milenial yakni Putri Indahsari Tanjung dan Andi Taufan Garuda Putra diajak Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungan kerjanya ke Subang, Jawa Barat untuk menunjukkan nasabah program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

"Kemudian, berkaitan juga masalah masukan untuk dunia pendidikan kita seperti apa. Kadang-kadang apa yang kita pikirkan dengan apa yang dipikirkan oleh stafsus yang muda-muda itu sangat berbeda sekali. Tapi sekali lagi, dengan luas wilayah kita yang sangat gede banget, dengan memakai inovasi teknologi akan mempermudah," tambah Presiden.

Termasuk bagaimana mengontrol 75 ribu desa dengan berbagai kegiatannya.

"Sekarang bagaimana mengontrol 75 ribu desa, sehingga seluruh kegiatan di situ dapat dikontrol dengan baik, nanti akan muncul inovasi-inovasi yang sangat bagus dari stafsus-stafsus saya, karena mereka bukan orang biasa," ungkap Presiden.

Baca juga: Paloh nilai stafsus milenial bukti persiapkan transformasi regenerasi

Presiden mengangkat 7 orang stafsus milenial pada 21 November 2019. Mereka adalah Andi Taufan Garuda Putra (32) tahun memang adalah CEO Amartha MicroFintech; Putri Indahsari Tanjung (23) selaku CEO Creativepreneur dan Chief Bussiness Officer Kreafi yang bergerak di bidang "event organizer"; Adamas Belva Syah Devara (29) adalah CEO Ruangguru, satu perusahaan rintisan yang berfokus pada layanan berbasis pendidikan.

Selanjutnya Ayu Kartika Dewi (36) merupakan pendiri dan mentor lembaga Sabang Merauke, suatu program pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat toleransi; Gracia Billy Mambrasar (31) selaku CEO Kitong Bisa suatu lembaga pendidikan yang memberdayakan pemuda di Papua; Angkie Yudistia (32) pendiri Thisable Enterprise, lembaga yang bertujuan memeberdayakan para disabilitas di dunia kerja sedangkan Aminuddin Maruf (33) mantan santri yang pernah menjadi Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) periode 2014-2016.
Para staf khusus Presiden Joko Widodo seusai bertemu Presiden Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Senin (2/12) (Desca Lidya Natalia)

Belakangan stafsus milenial Billy Mambrasar menjadi pembicaraan karena membalas komentar Wakil Ketua Partai Gerindra Fadli Zon yang mengatakan stafsus milenial sebagai lipstik dan kosmetik.

"Sebelum kami dtunjuk, kami sudah berkarya dan ikut berkontribusi ikut membangun bangsa ini! @AdamasBelva yang sudah memberikan akses pendidikan ke ratusan orang karena ruang gurunya? Saya yang sudah memberikan pendidikan gratis dan mendorong pemberdayaan kaum tertinggal d daerah terluar? Ayu Kartika Dewi dengan advokasi pendidikan toleransi? Karya Andy Taufan memberikan akses permodalan ke kaum wanita untuk keluar dari kemiskinan? Putri Tanjung dengan event bisnis kreatif untuk mendorong anak muda berwirausaha? Aminudin Ma'ruf dengan empowering pesantren, Angkie yang menginspirasi ratusan oang disabilitas? Ketika kami ditawarkan stafsus, kami masih sempat berpikir satu minggu sebelum mengatakan: "Iya", kami bukan kosmetik, dan kelompok manusia bodoh yang haus jabatan. Kami menerima tawaran ini hanya karena kecintaan kami ke Indonesia bukan karena kekuasaan dan uang" tulis Billy dalam empat cuitan di akun twitter-nya @kitongbisa.

Baca juga: Staf khusus milenial, Hasto: proses kaderisasi kepemimpinan nasional

Tidak ketinggalan pada Sabtu, 30 November 2019, pukul 19.12 WIB Billy mencuit "Stlh membahas ttg Pancasila (yg bikin kubu sebelah megap2), lalu kerja mendesign kartu Pra-kerja di Jkt, lalu sy ke Pulau Damai penuh keberagaman: BALI! Utk mengisi materi co-working space,mendorong bertambahnya jumlah entrepreneur muda,utk pengurangan pengangguran&angka kemiskinan."

Sejumlah warganet mempertanyakan istilah "kubu sebelah".

Sekitar pukul 21.30 WIB, cuitan itu sudah hilang. Billy membuat cuitan baru yang berisi penjelasan dari cuitan sebelumnya. "Untuk yg salah mengartikan "KUBU SEBELAH", maksud saya dari KUBU SEBELAH adalah HATERS atau ORANG2 PESIMIS terhadap progress kinerja saya.. Jgn diartikan kubu sebelah seperti lagi jaman Pilpres, TIDAK ADA hubungannya kesitu.. Krn saya tdk bermaksud ke arah situ!"

"Namanya muda-muda ini kan mungkin semangatnya kan lebih dibanding yang tua-tua. Jadi, kalau berbicara kadang terlalu semangat biasalah. Salah sedikit-sedikit tidak apa-apa lah. Kan sudah minta maaf, anak-anak muda ini, umur 30an. Salah-salah dikit dimaafkan lah," ungkap Presiden.

Baca juga: Stafsus milenial jadi jembatan Istana ke anak muda

Baca juga: Jumlah stafsus Presiden Jokowi capai 14 orang

Baca juga: Jokowi tak wajibkan tujuh staf khusus milenial "ngantor" tiap hari

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019