Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat acara makan siang bersama wartawan di Istana Merdeka Jakarta, Senin, mengatakan selama bertahun-tahun defisit neraca transaksi berjalan di Indonesia tak kunjung selesai.
“Karena kita tahu yang namanya impor migas gede banget. Padahal kita juga memiliki sumur-sumur minyak yang bisa berproduksi ditingkatkan. Yang mestinya produksinya ditingkatkan. Kalau betul-betul berkurang baru impor, bukan menggantungkan terus pada impor dan lifting produksi minyak kita turun terus,” kata Presiden.
Baca juga: Presiden Jokowi: Defisit transaksi berjalan selesai dalam 4 tahun
Selain itu berkaitan dengan substitusi impor jika bisa diproduksi di dalam negeri maka tak semestinya dilakukan impor.
“Contoh tadi minyak dan pembangunan kilang minyaknya, refinerynya. Sudah 30 tahun lebih kita enggak bangun satu kilang pun. Kalau kilang dibangun itu ada turunannya nanti,” katanya.
Ia menegaskan, petrochemical turunannya banyak dan beragam sementara Indonesia masih mengimpor petrokimia.
Baca juga: Presiden Jokowi paparkan sejumlah upaya tekan defisit perdagangan
Padahal kata dia, kesempatan untuk membuat produk tersebut terbuka lebar namun sayangnya tidak kunjung dikerjakan.
“Ini ada apa? Ini yang mau kita selesaikan ini. Ini gede banget ini kalau bisa selesaikan refinery dan akan impor-impor petrokimia akan anjlok turun,” katanya.
Selain itu, terkait bahan bakar nabati berupa campuran antara biodiesel dengan solar baik B20, B30, maupun B50, menurut Presiden jika hal tersebut konsisten diterapkan di dalam negeri maka dampak pertama harga minyak sawit atau CPO Indonesia akan naik.
Hal kedua yakni impor juga akan turun karena ada produk substitusi.
“Kenapa ini enggak bisa dikerjakan bertahun-tahun? Ya karena masih banyak yang senang impor minyak. Gampang, menyelesaikan masalah dengan impor itu paling mudah. Untungnya juga gede. Bisa dibagi ke mana-mana. Kejadiannya seperti itu sehingga kalau tadi bisa diselesaikan, defisit neraca berjalan kita bisa turun,” katanya.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019