Perum Bulog menyatakan akan memperkuat perannya sebagai BUMN pangan dengan memperbesar porsi penjualan beras secara komersial, dari pada untuk penugasan pada tahun 2020.Tahun depan keinginan saya bisa 50:50 karena kita kan dananya dari komersial
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan saat ini porsi penjualan beras untuk komersial sebesar 20 persen, sementara beras untuk penugasan pemerintah sebesar 80 persen. Pada 2020 mendatang, Bulog ini porsi untuk penjualan beras komersial bertambah menjadi 50 persen.
"Tahun depan keinginan saya bisa 50:50 karena kita kan dananya dari komersial. Kalau kita gunakan komersial 50 persen, paling tidak berarti Bulog bisa mendapatkan keuntungan. Kalau hanya 20 persen komersial, itu terlalu kecil untuk membiayai operasional Bulog," kata Budi Waseso atau Buwas pada konferensi pers di Gedung Bulog Jakarta, Selasa.
Baca juga: Bantah buang beras, Dirut Bulog: Beras turun mutu akan dilelang
Buwas menjelaskan bahwa strategi Bulog untuk memperkuat bisnis komersial ini sejalan dengan berkurangnya penugasan dari pemerintah dalam penyediaan beras bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Selain itu, Bulog juga bisa memperoleh keuntungan dan mencicil pembayaran utang perusahaan.
Terhitung hingga September 2019, Bulog masih memiliki utang atau pinjaman yang diselesaikan sebesar Rp28 triliun untuk pengadaan sejumlah komoditas, termasuk beras.
Menurut Buwas, pengadaan beras CBP (cadangan beras pemerintah) yang menggunakan dana pinjaman dari bank menjadi alasan beban utang perusahaan terus bertambah. Di sisi lain, Bulog tidak lagi menyalurkan beras Rastra dan tidak melakukan kegiatan operasi pasar, karena penjualan beras CBP harus melalui keputusan rakortas.
Akibatnya, stok beras Bulog tidak bergeser, namun bunga pinjaman tetap berjalan.
"Bulog tidak bisa dihindari dengan utang karena memang Bulog membeli beras, baik CBP maupun komersial kita pinjam uang dari bank, bunganya pun komersial. Kalau komersial tidak masalah, karena terus kita jua. Yang masalah beras CBP," kata Buwas.
Perum Bulog pun terus melakukan sejumlah inovasi bisnis, beberapa di antaranya yakni memodernisasi gudang beras yang dimilikinya secara bertahap di seluruh Indonesia, memproduksi beras bervitamin (berfortifikasi) dan terakhir merambah bisnis e-commerce dengan meluncurkan toko pangan online "panganandotcom".
Sejumlah kerja sama bisnis dengan berbagai BUMN dan pihak swasta Iainnya telah dilakukan seperti penyediaan natura karyawan BNI dan BRI, penjualan sembako ke Grab Kios serta sinergi bersama Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) dalam memasok beras ke ritel modern.
Mantan Kepala BNN itu menyatakan, Perum Bulog juga memperoleh Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp2 triliun untuk mendukung penguatan komersial seperti pembangunan CAS (Control Atmosphere Storage), gudang modern kedelai, dan gudang modern beras. tahun depan rencananya akan dilakukan pembangunan CDC (Corn Drying Center), serta MRMP (Modern Rice Milling Plan).
Baca juga: Bulog terancam rugi Rp39 miliar, beras bantuan bencana belum dibayar
Baca juga: Dirut Bulog Budi Waseso: Beras juga bisa satu harga, ini caranya
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019