• Beranda
  • Berita
  • Skor Indonesia pada PISA 2018 di bawah rata-rata

Skor Indonesia pada PISA 2018 di bawah rata-rata

3 Desember 2019 15:35 WIB
Skor Indonesia pada PISA 2018 di bawah rata-rata
Sejumlah siswa SMA Kolese Loyola memainkan seperangkat alat musik Gamelan Soepra saat akan menerima penghargaan Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (14/10). Seperangkat alat musik gamelan yang diciptakan pengajar SMA Kolese Loyola Semarang Pater van Deinse pada 1957 itu diberi nama Gamelan Soepra oleh Presiden pertama RI Soekarno pada 1965 dan mendapat penghargaan sebagai Gamelan Kromatis Bernada Dianotis Pertama di Dunia yang dimiliki SMA tersebut pada catatan rekor ke-405 LEPRID. ANTARA FOTO/Aji Styawan/tom/18.
Skor Indonesia pada Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang diselenggarakan oleh The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) masih dibawah rata-rata organisasi tersebut.

Hasil PISA 2018 yang dirilis oleh OECD di Paris, Perancis, Selasa, menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca meraih skor rata-rata yakni 371, jauh di bawah rata-rata OECD yakni 487. Kemudian untuk skor rata-rata matematika yakni 379, sedangkan skor rata-rata OECD 487. Selanjutnya untuk sains skor rata-rata siswa Indonesia yakni 389, sedangkan skor rata-rata OECD yakni 489.

Laporan OECD tersebut juga menunjukkan bahwa sedikit siswa Indonesia yang memiliki kemampuan tinggi dalam satu mata pelajaran, dan pada saat bersamaan sedikit juga siswa yang meraih tingkat kemahiran minimum dalam satu mata pelajaran.

Baca juga: Perjuangan tim olimpiade biologi SMA Indonesia raih prestasi di Iran

Dalam kemampuan membaca, hanya 30 persen siswa Indonesia yang mencapai setidaknya kemahiran tingkat dua dalam membaca. Bandingkan dengan rata-rata OECD yakni 77 persen siswa.

Sedangkan untuk bidang matematika, hanya 28 persen siswa Indonesia yang mencapai kemahiran tingkat dua OECD, yang mana rata-rata OECD yakni 76 persen. Dalam tingkatan itu, siswa dapat menafsirkan dan mengenali, tanpa instruksi langsung, bagaimana situasi dapat direpresentasikan secara matematis.

Siswa Indonesia yang menguasai kemampuan matematika tingkat tinggi (tingkat lima ke atas) hanya satu persen, sedangkan rata-rata OECD sebanyak 11 persen.

Untuk bidang sains, sekitar 40 persen siswa Indonesia mencapai level dua, bandingkan dengan rata-rata OECD yakni 78 persen. Pada kemampuan tingkat dua, siswa dapat mengenali penjelasan yang benar untuk fenomena ilmiah yang dikenal dan dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengidentifikasi, dalam kasus-kasus sederhana.

OECD merilis untuk sampel PISA pada 2001 hanya mencakup 46 persen anak usia 15 tahun di Indonesia. Sedangkan pada 2018, sampel OECD mencakup 85 persen anak usia 15 tahun di Indonesia. OECD juga menyebut perlunya upaya peningkatan sistem pendidikan di Indonesia.

PISA merupakan survei tiga tahunan yang menilai kemampuan siswa berusia 15 tahun, yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan utama untuk berpartisipasi dalam masyarakat.

Penilaian tersebut fokus pada kemahiran membaca, matematika, sains, domain inovatif, dan kesejahteraan siswa. Untuk survei PISA 2018, domain inovatiberfokus pada kemahiran dalam membaca, matematika, sains dan domain inovatif. Untuk survei PISA 2018, domain inovatifnya adalah kompetensi global.

Baca juga: Siswa SMK boyong 15 medali pada World Skill Competition

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019