"Pembumian dan habituasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah untuk melatih masyarakat mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek kehidupan berbangsa. Serta untuk mencegah terjadinya konflik antar suku, agama, dan daerah," ujar Direktur Eksekutif Generasi Optimis Research & Consulting Tigor Mulo Horas Sinaga di Jakarta, Rabu.
Baca juga: BPIP bakal menggelar kemah Pancasila di Yogyakarta
Baca juga: Cara Megawati membumikan Pancasila
Baca juga: Megawati: Kenapa orang seperti saya bisa sobatan dengan Pak Prabowo?
Horas juga menyampaikan bahwa saat ini Pancasila menghadapi ancaman laten dan nyata dari manipulator agama yang cenderung radikalis dan intoleransi antarumat beragama.
"Pembumian Pancasila itu mendesak sifatnya, karena jika tidak dilakukan, maka Pancasila bisa kalah dengan ideologi lain. Karena itu ancamannya nyata. Ancaman manipulator agama dan intoleransi itu ada," ujar Horas.
Pria yang juga Sekjen Dewan Pimpinan Nasional Generasi Optimis Indonesia itu juga mengatakan Pancasila memang telah berhasil menjadi pemersatu bangsa Indonesia, namun Horas berpendapat Pancasila harus diperkuat.
Menurutnya, bangsa Indonesia tidak bisa selama-lamanya selalu menganggap Pancasila itu sakti.
"Pancasila memang sakti dan pernah teruji atas serangan komunis pada masa orde lama dan peralihan ke orde baru. Tetapi jika dinamika internal kita tidak diantisipasi dengan ikhtiar pembumian ideologi Pancasila, saya khawatir Pancasila terkalahkan oleh ideologi luar yang sektarian dan intoleran," tutur Horas Sinaga.
Pemahaman nilai-nilai Pancasila akan menciptakan dan menumbuhkan jiwa gotong-royong, persatuan, dan kesatuan.
Horas menambahkan, awal mula runtuhnya suatu negara bukan saja disebabkan dari serangan eksternal melainkan disebabkan juga dari internal.
Maka dari itu ia berpendapat ikhtiar pembumian Pancasila sangat penting agar masyarakat saling menghormati dan tidak mengalami perpecahan.
"Indonesia di ambang bahaya kalau Pancasila tidak kita bumikan kembali. Kami mendorong BPIP semangat dalam membumikan Pancasila dan terjun sampai ke akar rumput masyarakat, jika perlu gandeng elemen-elemen masyarakat yang mau, " kata Horas.
Ia menilai Presiden Jokowi sudah pada jalurnya melihat segmentasi generasi muda yaitu generasi milenial yang cenderung mudah terpapar konten-konten negatif melalui gawai sebagai dampak cepatnya perkembangan teknologi.
Ia juga mengingatkan, BPIP jangan hanya membumikan nilai-nilai Pancasila bagi kalangan tertentu melalui seminar atau pendidikan dan pelatihan saja, tapi juga bagi para elite politik dan yang paling perlu sampai ke kalangan masyarakat bawah yaitu akar rumput yang sejatinya perlu dihabituasikan nilai-nilai luhur Pancasila.
"Presiden Jokowi dan BPIP dalam lima tahun ke depan harus terus serius membumikan dan menghabituasikan kembali Pancasila dengan kuat di kehidupan sehari-hari berbangsa serta bernegara," kata Horas.
Dalam Presidential Lecture pada 3 Desember 2019, Presiden Jokowi menekankan pentingnya kepemimpinan di setiap kementerian, lembaga, hingga negara untuk memegang teguh ideologi Pancasila.
Kepala Negara mengajak semua pihak menampakkan rasa ideologi Pancasila dalam produk-produk kebijakan, produk-produk regulasi, hingga produk-produk perundang-undangan.
Namun yang lebih penting saat ini, menurut Kepala Negara, adalah membumikan dan menanamkan nilai-nilai Pancasila itu sendiri, terutama kepada anak-anak muda. Menurutnya, dari seluruh penduduk Indonesia saat ini, 48 persennya atau 129 juta merupakan generasi muda.
Presiden menjelaskan, agar Pancasila itu bisa diterima dengan mudah oleh anak-anak muda, maka jajarannya harus memahami karakteristik anak-anak muda sekarang. Mulai dari medium komunikasi yang digunakan, tokoh yang mereka ikuti, hingga hal yang menjadi kesukaan anak-anak muda.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019