• Beranda
  • Berita
  • BATAN: PLTN dukung sektor industri saat sumber lain mulai terbatas

BATAN: PLTN dukung sektor industri saat sumber lain mulai terbatas

4 Desember 2019 21:20 WIB
BATAN: PLTN dukung sektor industri saat sumber lain mulai terbatas
Ilustrasi - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). ANTARA/HO-Aspri

program kita yang sekarang ini masih dalam sifatnya pra-project artinya project itu belum ada

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) mengatakan keberadaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) akan mendukung ketersediaan listrik untuk mempercepat kemajuan sektor industri saat sumber tenaga listrik makin terbatas.

"Kalau ini suatu saat bahwa resource yang ada ini habis mungkin kita punya fokus yang sama untuk mengembangkan PLTN," kata Sekretaris Utama (Sestama) BATAN Falconi Margono kepada wartawan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu.

Ia menjelaskan, perkembangan PLTN sekarang ini memang step-by-step dan masyarakat pada intinya sudah menyadari sebetulnya energi nuklir itu energi yang masif, energi yang memang akan memberikan output yang lebih besar dibandingkan 'resources' (sumber daya) yang lain.

"Tapi kembali seperti yang saya sampaikan tadi jadi ada hal-hal yang memang masing-masing orang masih punya pandangan beda-beda," katanya.

Baca juga: Tanah lempung dapat digunakan sebagai disposal limbah radioaktif
Baca juga: Peneliti: Nanofluida berpotensi meningkatkan keselamatan PLTN


Falconi mengatakan penting untuk mengoptimalkan semua sumber daya yang ada sehingga energi bisa lebih besar dihasilkan, namun kendalanya masih ada pandangan opsi yang satu didahulukan dan yang lain menjadi opsi terakhir, dan hingga saat ini PLTN masih menjadi opsi terakhir untuk sumber energi.

Dalam pengembangan pembangkit listrik dari berbagai macam sumber tenaga, terdapat tantangan yang berbeda, misalnya pembangkit listrik tenaga air membutuhkan lahan yang luas untuk membangun waduk, dan untuk pembangkit listrik tenaga angin, tantangan adalah tidak semua daerah memiliki angin yang kencang sehingga berada di spot tertentu.

Pembangunan PLTN menjadi penting ketika diperhadapkan pada berbagai kondisi seperti Indonesia berlomba meningkatkan daya saing, mengembangkan industri termasuk sektor manufaktur dan mengembangkan kendaraan listrik yang mana semuanya itu membutuhkan banyak energi.

"Kebutuhannya (PLTN) itu belum dipahami oleh seluruh masyarakat bahwa ini benar-benar energi ini kita butuh dan butuh itu bukan berarti hanya butuh saja tapi memang urgent," ujarnya.

Suplai listrik akan terganggu ketika sumber daya yang ada sekarang mulai terbatas seperti pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil. Untuk itu, semua sumber daya untuk pembangkit listrik memang harus dioptimalkan termasuk PLTN.

Baca juga: Menristek: Indonesia punya kemampuan untuk mengelola nuklir
Baca juga: Batan: PLTN tidak beroperasi otomatis ketika terjadi gempa


 Ke depan menurut dia, memang harus terus memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang keamanan dan keselamatan terkait PLTN.

Meski PLTN masih menjadi opsi terakhir, tapi BATAN tetap menyiapkan kajian dan studi untuk pra-proyek pembangunan PLTN sebagai persiapan jika sewaktu-waktu ditetapkan untuk segera membangun PLTN. Selain menyusun roadmap pembangunan PLTN, BATAN juga semakin meningkatkan kapasitas sumber daya manusianya.

Ia menjelaskan, untuk membangun PLTN harus dipersiapkan lingkungan sosial lalu kajian-kajian, keberterimaan masyarakat, dan feasibility study.

"Oleh karena itu, program kita yang sekarang ini masih dalam sifatnya pra-project artinya project itu belum ada," katanya.

Selain sumber daya manusia (SDM) di bidang nuklir, SDM pendukung juga perlu dipersiapkan karena dalam proses konstruksi PLTN, tidak semua orang berasal dari bidang nuklir.

Kemudian, industri pendukung yang bisa mendukung pembangunan PLTN juga harus disiapkan agar dapat menyediakan komponen-komponen lokal yang dibutuhkan untuk membangun PLTN.

Baca juga: Menristek ingin Batan dan Bapeten bumikan nuklir di Indonesia
Baca juga: Menristek: PLTN tetap disiapkan untuk antisipasi kebutuhan listrik

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019