Alasan itu menjadi dasar pelibatan anak muda dalam Forum Demokrasi Bali (Bali Democracy Forum/BDF) yang sejak 2017 menyertakan forum khusus bagi para mahasiswa dan pemuda bernama Bali Democracy Student Conference (BDSC).
"Bicara mengenai masa depan, khususnya menuju Indonesia 2045, itu berarti bicara mengenai era anak muda. Jika mereka tidak dilibatkan sejak awal, seperti ada pemisahan (tidak inklusif, red)," kata Retno usai bertemu delegasi anak muda untuk BDF ke-12 di Bali, Rabu malam.
Ia mengklaim bahwa Kementerian Luar Negeri juga melibatkan para pemuda dalam beberapa kegiatan lain, misalnya pertemuan dengan influencer muda, demi menarik perhatian mereka terhadap isu demokrasi dan politik luar negeri.
"Secara umum, kami juga ingin kepiawaian anak muda dalam menggunakan media sosial dipakai pula untuk 'menyuntikkan' nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi bangsa," ujar Retno menambahkan.
Sebelumnya, sebanyak 113 delegasi anak muda yang berasal dari 50 lebih negara berdiskusi santai mengenai demokrasi digital bersama dengan Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar
Gelaran BDF ke-12 sendiri akan dibuka pada Kamis (5/12) dan berlangsung selama dua hari, dengan mengangkat tema "Democracy and Inclusivity" (Demokrasi dan Inklusi) yang akan menyoroti peran berbagai elemen dalam demokrasi, seperti anak muda dan perempuan.
Baca juga: Diskusi panel menlu perempuan akan jadi forum utama BDF ke-12
Baca juga: Pejabat tinggi Venezuela hadiri BDF pertama kalinya
Pewarta: Suwanti
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019