Secara khusus, Sekretaris Kabinet Urusan Luar Negeri Kenya Monica Juma juga menyampaikan hal itu kepada Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pertemuan bilateral keduanya di sela-sela rangkaian BDF ke-12 di Bali pada Kamis.
"Pada dasarnya kami membawa kampanye ini kepada Indonesia bukan sebagai Kenya namun sebagai regional kandidat mewakili Uni Afrika. Biasanya Afrika di DK PBB mempunyai tiga kursi, dan untuk periode mendatang kami meminta perhatian Indonesia seperti halnya kami mencari dukungan pemerintah negara lain," ujar Juma kepada wartawan.
Saat ini, Indonesia tengah menjabat anggota tidak tetap DK PBB untuk periode 2019-2020, yang terpilih pada 8 Juni 2018 lalu dan mulai aktif bertugas pada awal Januari 2019.
Menanggapi kampanye Kenya, Menlu Retno mengatakan, "Kami mencatat dengan baik dan mendengar kampanye tersebut."
Dalam diskusi bilateral, Retno banyak berbagi pengalaman Indonesia ketika mengikuti kontestasi yang sama, misalnya dengan melakukan kampanye bersih yang menonjolkan rekam jejak dalam upaya menjaga keamanan dunia.
Kenya mengusung sepuluh agenda utama untuk ambil bagian dalam DK PBB yang diyakini sebagai agenda global, antara lain mengenai isu perempuan dan anak muda, sebagaimana yang menjadi isu sorotan BDF ke-12 dengan tema "Democracy and Inclusivity".
Baca juga: Buka BDF ke-12, Menlu soroti demokrasi inklusif dan kerapuhan negara
"Kami juga ingin fokus terhadap isu perempuan, perdamaian, dan keamanan karena partisipasi perempuan menambah nilai pada perdamaian yang tercipta. Perempuan menggunakan kemampuan negosiasi yang lebih baik, kepekaan yang lebih baik, serta menciptakan kenyamanan yang lebih dalam masyarakat," kata Juma menambahkan.
Dia juga menyebut bahwa dalam upaya menciptakan perdamaian, pembangunan berkelanjutan, dan demokrasi, perempuan mempunyai pendekatan yang menumbuhkan kepercayaan, "Itulah mengapa kami menjadikan isu perempuan, perdamaian, dan juga keamanan sebagai satu agenda yang saling terkait."
Untuk isu anak muda, Kenya berdasar pada kondisi dunia, khususnya Afrika dan banyak negara berkembang, saat ini yang banyak mempunyai sumber daya manusia berusia muda.
Juma berpandangan bahwa jika tidak berfokus pada anak muda secara berkelanjutan, muncul kemungkinan bonus demografi yang sebelumnya menjanjikan justru menjadi suatu hal yang berisiko dan menimbulkan kekhawatiran bagi stabilitas dan kemakmuran.
"Maka kami fokus pada agenda anak muda untuk memberdayakan dan menjadikan mereka bagian dari agenda pertumbuhan," kata dia.
Baca juga: BDF ke-12 akan soroti kepemimpinan perempuan dalam demokrasi
Pewarta: Suwanti
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2019