"Fenomena yang menarik adalah ditemukannya berbagai jenis ikan yang mati pada saat monitoring," kata Purwanto, anggota tim pemantau ekologi laut di Teluk Triton, saat dihubungi pada Jumat.
Tim pemantau, menurut dia, mendapati ikan jenis kerapu, kakatua, baronang, dan jenis ikan lain mati saat melakukan penyelaman di daerah seperti Walker’s Reef, Pulau Paniki, Sifes, Tanjung Enau, Lawora, Firiam, dan Rep Taruri di KKPD Buruway.
Ia mengatakan, penyebab kematian ikan-ikan di Kaimana belum diketahui pasti. Dinas Kelautan dan Perikanan Kaimana sudah mengambil sampel ikan yang mati dan mengirimnya ke pusat penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Ambon.
Purwanto mengatakan bahwa kematian massal ikan sebelumnya pernah terjadi di Perairan Ambon pada pertengahan September 2019, di Teluk Jakarta pada akhir November 2015, serta di Pantai Florida (Amerika) Oktober 2017 dan Februari 2019.
Kematian ikan massal di Teluk Jakarta dan Florida, ia menjelaskan, terjadi akibat pertumbuhan alga merah berlebihan karena polusi atau aliran nutrien dari daratan yang berlebihan yang menimbulkan gas beracun di lautan.
Kondisi Karang
Tim pemantau ekologi laut yang terdiri atas ahli dan praktisi kelautan dari Conservation International, The Nature Conservancy, Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat, dan Dinas Perikanan Kabupaten Kaimana juga memantau kondisi karang.
Secara umum, Purwanto mengatakan, walaupun tutupan karang keras hidup lebih rendah jika dibandingkan dengan di Raja Ampat dan Teluk Cenderawasih, tetapi kondisi terumbu karang di Kaimana dalam keadaan sehat.
Menurut dia, karang keras hidup berukuran besar dan berwarna-warni masih ditemukan di Kaimana.
Ia menjelaskan bahwa ancaman terumbu karang di Teluk Triton adalah sedimentasi, polusi, penangkapan ikan dengan cara yang merusak seperti menggunakan bom dan bius, serta penangkapan ikan berlebihan.
Baca juga:
Ribuan ikan mati di Pantai Jetis, ini kemungkinan penyebabnya
BKIPM Ambon uji sampel dari ribuan ikan mati
Pewarta: Ernes Broning Kakisina
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019