• Beranda
  • Berita
  • IHSG pekan ini berpeluang menguat, manfaatkan siklus Desember

IHSG pekan ini berpeluang menguat, manfaatkan siklus Desember

9 Desember 2019 10:20 WIB
IHSG pekan ini berpeluang menguat, manfaatkan siklus Desember
Pengendara melintasi layar pergerakan saham IHSG di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta, Rabu (27/11/2019). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A./hp

IHSG dibuka menguat 7,21 poin atau 0,12 persen ke posisi 6.194,08

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan ini berpeluang menguat dengan memanfaatkan siklus penguatan indeks yang biasa terjadi setiap  Desember.

IHSG dibuka menguat 7,21 poin atau 0,12 persen ke posisi 6.194,08. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 1,56 poin atau 0,16 persen menjadi 994,08.

"Kendati sentimen pasar kembali diselimuti faktor negatif, tetapi kali ini diharapkan kembali ada momentum siklus tahunan IHSG berpeluang apresiasi pada bulan Desember, termasuk peluang bagi IHSG untuk menguat pada pekan ini berpotensi bisa terjadi," kata Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah di Jakarta, Senin.

Baca juga: IHSG Senin dibuka menguat 7,21 poin

Dari luar negeri, sikap Amerika Serikat (AS) yang membuat keputusan yang kerap kali meruncingkan hubungan dengan China, kali ini AS menyatakan dengan tegas tidak ingin Bank Dunia memberikan pinjaman ke China. Alasannya, karena dana utang digunakan untuk memberi bantuan negara-negara yang lemah secara ekonomi.

Senada, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan kepada komite Dewan Perwakilan Rakyat, AS keberatan dengan program pinjaman dan proyek multitahun lembaga ke China. Meski, program itu tetap disahkan, tetapi pinjaman ke China disebut akan dikurangi.

Ketua Komite Keuangan Senat Charles Grassley, mengatakan Bank Dunia menggunakan dolar dari pajak warga AS, sehingga tidak boleh meminjamkan uang kepada negara-negara kaya yang melanggar hak asasi warga dan berusaha untuk mendominasi negara-negara yang lebih lemah baik secara militer maupun ekonomi.

Sementara itu, ekonomi Argentina kini diambang krisis disebabkan pasar yang bereaksi negatif atas hasil pemilu pendahuluan pada Agustus 2019 di negara tersebut yang dimenangi calon oposisi Alberto Fernandez yang mengalahkan calon petahana yang dikenal propasar Mauricio Macri.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, kondisi kesehatan ekonomi, moneter dan fisikal dalam negeri lebih baik dari pada Argentina. Hal itu terlihat dari salah satunya dari defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Kendati demikian Indonesia tetap mengantisipasi dampak sekecil apapun terhadap faktor eksternal ini.

Dua hari setelah hasil pemilu pendahuluan Argentina keluar, Bank Indonesia (BI) langsung mengumumkan kebijakan intervensi di pasar spot dan pasar domestik mata uang valas berjangka untuk menstabilkan rupiah yang terdepresiasi terhadap dolar AS, akibat anjloknya peso Argentina.

Bursa saham regional Asia hari ini antara lain indeks Nikkei menguat 55,6 poin atau 0,24 persen ke 23.410, indeks Hang Seng melemah 4,38 poin atau 0,17 persen ke 26.454,6, dan indeks Straits Times melemah 1,51poin atau 0,05 persen ke posisi 3.193,2.

Baca juga: Saham Tokyo dibuka naik setelah data pekerjaan AS angkat Wall Street
Baca juga: Lanjutkan tren penguatan, saham China dibuka lebih tinggi
Baca juga: Bursa saham Hong Kong dibuka 0,06 persen lebih tinggi

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019