Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengaktifkan posko tanggap darurat di Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir yang merupakan wilayah yang mengalami kerusakan paling parah saat bencana angin kencang yang melanda Sleman pada Minggu (8/12).berdasarkan data yang masuk baru ada laporan 50 unit rumah yang rusak
"Pemerintah Desa Sendangrejo, juga telah menetapkan status tanggap darurat bencana desa," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman Makwan di Sleman, Senin.
Menurut dia, dalam kejadian bencana angin kencang di Kabupaten Sleman total ada lebih dari 150 titik kejadian.
Baca juga: BPBD Sleman dirikan dapur umum untuk relawan bencana angin kencang
"Sejauh ini, berdasarkan data yang masuk baru ada laporan 50 unit rumah yang rusak. Namun jumlah itu masih dimungkinkan bertambah. Saat ini kami masih fokus untuk membuka akses jalan yang tertutup pohon tumbang," katanya.
Ia mengatakan, lokasinya kejadian tersebar hingga sepuluh kecamatan. Meliputi Kecamatan Minggir, Tempel, Seyegan, Berbah, Cangkringan, Depok, Mlati, Prambanan, Kalasan, dan Sleman.
"Dampaknya yang paling dirasakan di Kecamatan Minggir," katanya.
Makwan menyebutkan, ada 80 titik kejadian di Kecamatan Minggir. Terbanyak dari seluruh kecamatan lain. Untuk itu desa memberlakukan status tanggap darurat bencana khusus untuk desa selama tiga hari.
"Dengan status itu, desa bisa menggunakan dana bantuan tidak terduga. Namun untuk kabupaten, tidak ada status tanggap darurat bencana. "Kemungkinan bisa selesai hari ini untuk penanganan di Sendangrejo," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya mengerahkan 200 lebih personel untuk mempercepat operasi. "Kami menggandeng relawan, TRC BPBD Sleman, Tagana, Polisi dan TNI," katanya.
Selain itu, hampir 30 unit gergaji mesin tangan juga digunakan untuk mempercepat pemotongan dahan dan batang pohon. "Kami juga menyiagakan satu 'crane' untuk mengevakuasi pohon yang sulit dijangkau," katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman Dwi Anta Sudibya mengatakan awal musim hujan biasanya dimungkinkan ada kejadian angin kencang. Sehingga rentan terjadi pohon tumbang.
"Kami sudah instruksikan untuk melakukan pemantauan setiap hari dan koordinasi dengan BPBD Sleman," katanya.
Ia mengatakan, jarak tanaman satu dengan yang lainnya mempengaruhi kekuatan pohon saat tertiup angin. Dia mencontohkan pohon di daerah Pangukan relatif aman karena jaraknya berdekatan.
"Sedangkan di pohon di pinggir jalan yang jaraknya berjauhan akan rawan tumbang," katanya.
Baca juga: BPBD catat 84 rumah penduduk terdampak bencana angin kencang di Kupang
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019