"(Sosialisasi) bahkan dimulai dari tingkatan PAUD", ujar Siti di sela-sela acara Media Expert, di Kota Batu, Jawa Timur, Minggu.
Karena diberikan kepada seluruh element masyarakat, lanjutnya, maka metode yang diberikan sesuai dengan tingkatan mereka. Pada anak PAUD, MPR melakukan sosialisasi lewat lomba menggambar, mewarnai, dan komik.
"Sedangkan untuk pelajar SMA ada lomba cerdas cermat. Bagi mahasiswa lebih banyak lagi metodanya, seperti legal drafting, outbound, dan debat konstitusi," ungkapnya.
Keterlibatan media sosial sebagai platform sosialisasi dasar-dasar negara pun menjadi fokus MPR. Siti menegaskan bahwa adanya peralihan kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi konten, dari sebelumnya lewat media cetak hingga kini beralih ke platform digital.
"Karena perkembangan jaman sehingga semua yang ada dibuat secara elektronik", tuturnya.
Senada dengan Siti, Plt. Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antarlembaga, dan Layanan Informasi MPR Budi Muliawan, mengatakan bahwa dalam mempublikasikan kegiatan Pimpinan dan Alat Kelengkapan MPR perlu publikasi yang bisa mengikuti perkembangan jaman.
"Untuk itu kita meminta masukan dan strategi dari para awak media yang hadir di sini", ujarnya.
Sosialisasi disebut sangat penting diberikan kepada kaum milineal. Ini ditekankan sebab ada gejala di kalangan mereka yang sangat cepat menerima pengaruh dari luar yang belum tentu cocok dengan budaya kita.
Dikatakan, berdasarkan data survei yang dirilis pada September 2019, masyarakat yang terpapar sosialisasi baru 82,6 juta dari seluruh penduduk Indonesia. Bilangan sebanyak itu menurutnya baru sepertiga dari seluruh rakyat Indonesia. “Untuk itu MPR terus melakukan sosialisasi untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan," pungkasnya.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019