Kekalahan 0-1 saat menjamu Barcelona pada awal bulan ini menghancurkan harapan Atletico untuk bergabung dalam persaingan perebutan gelar juara Liga Spanyol. Nasib mereka makin memburuk saat ditahan imbang Villarreal pada Sabtu (7/12), yang membuat mereka semakin jauh dari papan atas klasemen.
Setelah pertandingan melawan Barca yang diwarnai gol penentu kemenangan Lionel Messi, Simeone menyebut Atletico menjalani musim ini dengan cara yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Baca juga: Messi jadi pembeda Barcelona atas Atletico
"Anda harus memahami banyaknya perubahan yang terjadi di tim, dan kami perlu waktu untuk memperbaikinya. Kami harus paham bahwa kami sedang berada di tahun transisi," kata Simeone seperti dikutip AFP.
Ketika Antoine Griezmann, Lucas Hernandez, Diego Godin, Rodri, Juanfran, dan Felipe Luis hengkang pada musim panas silam, terdapat kecemasan bahwa apakah Atletico akan dapat memulihkan diri.
Ketika para penggantinya datang, ekspektasi sempat meninggi. Joao Felix, Hector Herrera, Kieran Trippier, Marcos Llorente, Renan Lodi, Mario Hermoso, dan Ivan Saponjic direkrut. Joao Felix segera menjadi sorotan.
Biaya transfer sebesar 126 juta Euro yang dibayarkan Atletico kepada Benfica untuk mendatangkan mutiara Portugal itu meningkatkan harapan bahwa era baru akan datang.
Tetapi Felix (20) yang masuk tim inti saat melawan Barca, bukan satu-satunya pemain muda di sana. Atletico kini bukan hanya kehilangan sosok pemain berpengalaman, namun juga kehilangan kepemimpinan dan rasa identitas.
Godin, Juanfran, dan Filipe Luis merupakan sosok-sosok yang dihormati di ruang ganti. Ketiganya juga merupakan bagian dari lini belakang berisi empat pemain yang menjadi fondasi tim.
"Bahasa Spanyol saya buruk dan kata-kata saya dapat membingungkan," kata Simeone, mengacu pada masalah transisi pada Jumat. "Saya berbicara kepada pemain-pemain seperti Lodi, yang berusia 21 tahun, dan menggantikan seseorang seperti Filipe, yang berusia 34 tahun."
Namun Simeone menggarisbawahi bahwa ia memiliki pengalaman delapan tahun sebagai pelatih dan tiga tahun sebagai pemain Atletico.
"Siapapun yang percaya bahwa kata transisi berarti berjemur di bawah matahari dan menunggu bunga-bunga tumbuh, artinya mereka tidak mengenal saya," tegasnya.
Baca juga: Atletico Madrid telan skor imbang kedelapan musim ini
Minim gol
Kelemahan lain yang menimpa Atletico adalah kemampuan mereka mencetak gol.
Saat menjuarai Liga Spanyol pada 2014, di fase seperti ini Atletico telah mengoleksi 43 gol. Pada tiga musim terakhir, mereka hanya mampu mencetak 29, 25, dan 24 gol menjelang pergantian tahun. Musim ini mereka bahkan baru mencetak 16 gol.
Secara taktik, Simeone berupaya memprioritaskan soliditas di lini belakang, namun ia terlihat terlalu berhati-hati di bursa transfer.
Penampilan Alvaro Morata telah membaik, namun dengan empat golnya di liga, ia tertinggal jauh dari para penyerang andalan di Real Madrid dan Barcelona. Karim Benzema telah mengoleksi 11 gol, dan Messi memiliki catatan 12 gol.
Upaya untuk mendatangkan Zlatan Ibrahimovic dan Edinson Cavani pada Januari akan menjadi langkah yang masuk akal, namun kelihatannya itu langkah yang terlambat di Liga Spanyol serta di Liga Champions.
Atletico akan bermain melawan Lokomotiv Moscow pada Rabu. Mereka memerlukan kemenangan untuk mengamankan peringkat kedua Grup D sekaligus tiket ke 16 besar.
Hasil apapun selain kemenangan di Wanda Metropolitano akan membuat mereka harus mencermati benar hasil yang didapat Bayer Leverkusen saat menjamu Juventus. Klub Italia itu sendiri kemungkinan tidak akan menurunkan kekuatan penuh setelah mengamankan posisi pemuncak klasemen grup.
Pada situasi normal Atletico akan percaya diri bahwa hasil apapun yang didapat Leverkusen tidak akan relevan dengan mereka, namun situasi saat ini tidak seperti itu. Simeone sendiri dipenuhi keraguan, dan ia tidak boleh kembali terpeleset.
Baca juga: Klasemen Liga Spanyol: Barcelona tetap di puncak dibayangi Real Madrid
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019