Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang, memperketat pengawasan di Pelabuhan Internasional Bandar Seri Udana Lobam, Bintan, Kepri, untuk mencegah masuk dan tersebarnya virus demam babi Afrika atau ASF.
Pengawasan dilakukan dengan memeriksa barang bawaan penumpang kapal, guna mengantisipasi masuknya media pembawa virus ASF yang mungkin dibawa penumpang ferry di pelabuhan tersebut.
Medik Karantina Pertanian Wilayah Kerja Tanjung Uban, Dorisman, menyatakan virus ASF merupakan ancaman bagi peternakan babi di Indonesia.
"Virus ini tidak membahayakan bagi manusia, namun sangat mematikan terhadap babi," kata Dorisman, Selasa.
Dikatakannya, virus ASF menyebar sangat cepat dan menyebabkan kematian babi secara massal. Hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar terutama bagi para peternak dan pelaku usaha peternakan babi.
Saat ini, lanjut dia, penyebaran virus ASF di Asia telah menyebar di China, Kamboja, Vietnam, Filipina dan terakhir dilaporkan Timor Leste.
"Untuk itu, Karantina Pertanian Tanjungpinang akan semakin memperketat pengawasan terutama di pintu masuk dan keluar bandara dan pelabuhan khususnya Tanjungpinang dan Bintan," ujarnya.
Karantina Pertanian Tanjungpinang mencontohkan media pembawa virus penyebab Demam Babi Afrika yaitu babi, daging babi, bahan olahan daging babi misalnya sosis babi.
"Media pembawa tersebut dilarang dibawa masuk ke Indonesia apalagi yang berasal dari negara yang sudah tertular wabah ASF seperti China," tegas Dorisman.
Baca juga: Dirjen: Kolera babi dan african swine fever tidak menular ke manusia
Baca juga: Kepri tingkatkan pengawasan terhadap virus demam babi Afrika
Baca juga: Mentan akan bentuk unit khusus tanggulangi virus Demam Babi Afrika
Baca juga: Penumpang pesawat Dili-Kupang dilarang bawa komoditi berbahan babi
Pewarta: Ogen
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019