Rektor Universitas Widyatama (UTama) Prof Obsatar Sinaga menegaskan perlunya memperkuat wawasan nusantara dan Pancasila mengingat kondisi Indonesia yang berpulau-pulau dengan etnis suku bangsa dan budaya yang beragam berpotensi dipecah-belah.Karena itu untuk mencegah hal itu butuh kekuatan pemerintah yang bisa dilakukan dalam bentuk kebijakan, khususnya dalam hal wawasan kebangsaan. Misalnya dibuat aturan di sekolah wajib belajar pelajaran ini, kalau diwajibkan pasti bisa, katanya
"Apapun yang terjadi kita harus tahu bahwa kita ini bangsa Indonesia. Harus diingat bahwa Indonesia ini bangsa yang terbagi dalam keanekaragaman suku dan budaya. Karena suasana yang berbeda itu maka pasti bangsa kita sangat berpotensi untuk dipecah-belah. Kalau kita tidak hati-hati, bahkan dari sekarang juga kita bisa saja pecah seperti Yugoslavia," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Selasa.
Ia mengatakan, dalam wilayah yang dibatasi lautan dan kepulauan seperti Indonesia ini dibutuhkan semangat kebangsaan yang sama. Karena jika semangat kebangsaan ini tidak dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia, tentunya bangsa ini bisa hancur.
Baca juga: BPIP tumbuhkan kesadaran nilai Pancasila melalui permainan tradisional
Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Padjajaran (Unpad) mencontohkan ketika "Arab Spring" terjadi banyak bangsa Arab yang terpecah. Ketika sebuah bangsa atau negara itu terpecah maka akan sulit untuk bisa disatukan kembali. Karena itu, hal itu yang harus dihindari dan jangan sampai terjadi di negeri ini.
“Karena itu untuk mencegah hal itu butuh kekuatan pemerintah yang bisa dilakukan dalam bentuk kebijakan, khususnya dalam hal wawasan kebangsaan. Misalnya dibuat aturan di sekolah wajib belajar pelajaran ini, kalau diwajibkan pasti bisa. Jangan kemudian nanti karena milenial malah dibebaskan dan malah tidak menguasai apa-apa,” ungkap pria yang akrab disapa Prof Obi ini.
Baca juga: BPIP sebut Pancasila perkuat HAM
Prof Obi juga mengatakan bahwa dengan memperkuat wawasan kabangsaan ataupun wawasan nusantara, tentunya hal ini akan dapat membentengi masyarakat dari pengaruh penyebaran paham radikalisme dan terorisme. Selain itu hal ini juga sebagai benteng bagi masyarakat untuk penguatan ideologi bangsa.
Apalagi sekarang ini penyebaran paham radikalisme terorisme dan terorisme itu sangat masif, utamanya melalui dunia maya. Masyarakat utamanya generasi milenial ini harus memperkuat itu.
Baca juga: Presiden Jokowi: Narasi besar Pancasila harus banjiri medsos
"Lembaga pendidikan harus terus memberikan pelajaran itu untuk memperkuat dan membentengi para generasi milenial ini agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh radikalisme dan terorisme itu sekaligus untuk memperkuat persatuan terhadap nusantara kita ini," katanya.
Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019