Angka perdagangan bilateral masih belum besar, karena itu kita mau tingkatkan
Pembukaan kembali Kedutaan Besar Guatemala di Jakarta diharapkan dapat meningkatkan hubungan ekonomi antara Indonesia dengan negara di Amerika Tengah itu.
Menurut Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, pembukaan Kedubes Guatemala di Jakarta yang sempat ditutup akibat krisis ekonomi pada 1993, merupakan wujud komitmen politik dan upaya membangun infrastruktur diplomatik yang lebih kuat bagi hubungan bilateral kedua negara.
“Dan insya Allah buahnya adalah hubungan ekonomi yang lebih intensif,” kata Menlu Retno dalam peresmian kedubes yang juga dihadiri Menlu Guatemala Sandra Erica Jovel Polanco di Jakarta, Selasa malam.
Guatemala adalah mitra dagang terbesar kedua bagi Indonesia di kawasan Amerika Tengah. Nilai perdagangan kedua negara pada 2018 sebesar 50,29 juta dolar AS.
“Angka perdagangan bilateral masih belum besar, karena itu kita mau tingkatkan,” tutur Menlu Retno.
Guna memperkuat hubungan ekonomi kedua negara, Indonesia telah menginisiasi Forum Bisnis Indonesia-Amerika Latin dan Karibia (INA-LAC Business Forum) di Serpong, Banten pada 14-15 Oktober 2019.
Forum ini, menurut Menlu Retno, akan dilanjutkan dengan INA-LAC Trade Expo tahun depan, dalam upaya Indonesia menggarap pasar non-tradisional di kawasan tersebut.
Sebagai sesama negara penghasil kelapa sawit, Indonesia dan Guatemala juga sepakat melawan diskriminasi terhadap produk kelapa sawit. Bahkan, Menlu Retno mengundang Guatemala untuk bergabung dalam Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) yang diinisiasi oleh Indonesia dan Malaysia.
Baca juga: Pembukaan kedutaan besar, babak baru hubungan Indonesia-Guatemala
Menlu Retno menilai pembukaan kembali Kedubes Guatemala di Jakarta menunjukkan komitmen negara itu untuk memperkokoh kehadirannya bukan hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara.
“Karena kalau kita bicara Asia Tenggara, 10 negara anggota ASEAN saja sudah mencakup 600 juta orang dengan pertumbuhan ekonomi yang rata-rata di atas pertumbuhan ekonomi dunia. Tahun lalu pertumbuhan rata-rata ekonomi ASEAN adalah 5,1 persen,” ujar dia.
Melalui pembukaan kedubesnya, Guatemala juga dinilai berupaya memanfaatkan peluang besar di bidang ekonomi serta memajukan persahabatan dengan negara-negara Asia Tenggara.
Di lain pihak, Menlu Guatemala menyebut Indonesia adalah ekonomi penting dan maju di Asia Tenggara. Sementara Guatemala mewakili ekonomi terbesar di Amerika Tengah.
“Penting untuk menyebutkan bahwa Guatemala beroperasi dalam kerangka pasar bersama Amerika Tengah, dan yang memungkinkan kami menawarkan akses ke wilayah berpenduduk 40 juta jiwa,” kata Menlu Sandra.
Sebagai negara di mana kelapa sawit memainkan peran mendasar dalam perekonomian, Guatemala siap bekerjasama dengan petani skala kecil, menengah, hingga besar yang berkomitmen dan bertanggungjawab atas budidaya sawit berkelanjutan.
Sandra menuturkan, Guatemala memiliki sumber daya alam yang luar biasa termasuk hutan cadangan, sungai dengan kapasitas untuk menghasilkan energi, rantai gunung berapi dengan potensi panas bumi dan ngarai untuk produksi energi angin, serta keindahan alam yang menarik bagi pariwisata global.
“Oleh karena itu, negara kami dapat mengambil keuntungan dari kemajuan teknologi Indonesia sehubungan dengan investasi dalam energi bersih dan produksi gas alam,” kata dia.
Selain itu, Guatemala juga berminat menjalin kerja sama di bidang produksi dan komersialisasi makanan dan inovasi teknologi.
Baca juga: Buka kedutaan besar, Menlu Guatemala kunjungi Jakarta
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2019