"Percepatan evakuasi ini penting dilakukan karena keberadaan bangkai kapal tersebut, dapat mengganggu aktivitas bongkar muat di pelabuhan itu," kata Kepala Dinas Perhubungan Provinsi NTT, Isyak Nuka di Kupang, Rabu.
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan keberadaan bangkai kapal tol laut di kolam labuh Pelabuhan Lewoleba, yang berdampak pada aktivitas bongkar muat di pelabuhan itu.
"Kami sedang melakukan koordinasi dengan semua pihak terkait untuk mempercepat proses evakuasi bangkai kapal tersebut," katanya.
Menurut Isyak Nuka, saat ini hanya kapal penumpang Pelni saja yang tidak bisa sandar di Pelabuhan Lewoleba, tetapi kapal-kapal barang masih bisa berlabuh.
"Dari laporan, kapal di luar Kapal Pelni masih dapat bersandar di Pelabuhan Lewoleba," katanya.
KM Shimpo 16, Selasa (10/12) sekitar pukul 18.30 WITA tenggelam di kolam labuh Pelabuhan Lewoleba, Lembata.
Baca juga: Seribuan ton semen tenggelam bersama kapal tol laut di Lembata
Kapal tersebut tenggelam karena ditabrak KM Maju 8 pada bagian lambung sehingga lambung kapal bagian depan sebelah kanan mengalami jebol dan air masuk dengan cepat yang mengakibatkan kapal miring ke kanan dan tenggelam.
Kapal yang dinakhodai Sularjo itu lego jangkar di perairan Teluk Lewoleba pada 3 Desember 2019, untuk antre sandar di Pelabuhan Lewoleba.
Baca juga: Pelni alihkan layanan penumpang dampak kapal tenggelam di Lembata
KM Shimpo 16 membawa muatan semen Tonasa sebanyak 1.700 ton dari Biringkasih, Makassar, yang akan di bongkar di Pelabuhan Lewoleba.
Pada 10 Desember 2019, sekitar pukul 07.30 Wita, kapal merapat di Pelabuhan Lewoleba untuk melaksanakan bongkar muatan, dan baru dibongkar sebanyak 143 ton, sebelum tenggelam pada sore harinya.
Baca juga: Kapolres Lembata sebut kasus tenggelamnya KM Shimpo dalam penyelidikan
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019