"Para penyumbang emisi besar harus menyadari bahwa peran mereka begitu penting, karena apabila para penyumbang emisi besar itu gagal, maka semua upaya akan gagal," kata Guterres dalam wawancara dengan Reuters.
"Apabila kita tidak mengubah apapun, kita akan hancur."
Baca juga: Buka COP 25, Sekjen PBB desak dunia serius tangani darurat iklim
Guterres sebelumnya berbicara di sebuah pusat konferensi di Madrid, tempat para menteri dari berbagai negara berkumpul secara tertutup di hari-hari terakhir konferensi yang berjalan selama dua minggu, untuk menopang Perjanjian Paris 2015 guna mencegah bencana pemanasan global.
Negara-negara penyumbang emisi utama seperti China, India, dan Amerika Serikat - yang meninggalkan pakta - diperkirakan tidak akan membuat pengumuman besar baru di KTT tersebut, di mana para delegasi fokus pada negosiasi teknis atas peraturan pasar karbon.
Meski demikian, Guterres berharap perundingan akan berakhir pada hari Jumat dengan sinyal kuat bahwa pemerintah siap untuk mengajukan rencana iklim yang lebih ambisius pada tahun 2020.
Tahun 2020 dianggap sebagai tahun yang penentu bagi proses Paris.
Baca juga: Sekjen PBB: 'Perang melawan alam harus berhenti'
Di bawah kesepakatan itu, negara-negara seharusnya mengajukan target yang lebih ketat untuk memangkas emisi karbon menjelang putaran perundingan tahunan berikutnya di Glasgow, Skotlandia.
Para ilmuwan mengatakan bahwa apa yang dijanjikan saat ini sama sekali belum cukup untuk menstabilkan iklim bumi pada waktunya untuk mencegah kenaikan permukaan laut yang sangat besar, mencegah kerusakan parah pada pertanian, dan menghentikan kekeringan dan banjir yang dapat menghasilkan gelombang migrasi massal paksa.
Guterres mendesak para penghasil emisi besar untuk memberikan pertanda yang jelas bahwa mereka siap untuk meningkatkan ambisi mereka tahun depan dan "mudah-mudahan" berkomitmen untuk menghasilkan emisi karbon nol pada tahun 2050. Hal ini dianggap penting untuk menjaga suhu global dalam level yang masih dapat dikelola.
Baca juga: PBB: AS hingga China semakin jauh dari target iklim
"Sejarah tidak dapat menerima bahwa generasi saya akan mengkhianati anak-anak dan cucu-cucu kita," kata Guterres yang merupakan mantan Perdana Menteri Portugis.
Dia menjadikan isu iklim sebagai masalah utama sejak mengambil alih sebagai Sekjen PBB pada awal tahun 2017.
Guterres menyambut baik langkah-langkah Uni Eropa untuk mengadopsi "Kesepakatan Hijau Eropa" yang baru guna bertransisi ke ekonomi rendah karbon. Rincian kebijakan diumumkan di Brussel pada hari Rabu, bertepatan dengan KTT iklim PBB.
Sumber: Reuters
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019